Aku termangu di depan laptopku dengan sisa-sisa kekuatan yang aku punya. Aku baru saja membaca layout buku Sama Dengan Cinta yang akan terbit akhir Oktober ini. Setiap detail dalam buku itu benar-benar aku perhatikan, aku menyibukan diriku demi melupakanmu. Untungnya, aku sedang sibuk mengerjakan novel kedelapanku, dan ini sedikit membantuku untuk melupakan kenangan tentangmu, meskipun tak seutuhnya membantu.
Mungkin, kamu tidak akan membaca tulisan ini, tapi Dwita-mu akan selalu menulis tentangmu, meskipun aku pun tahu-- kamu tidak akan pernah tahu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa tersiksanya hari-hariku tanpa mengetahui kabar darimu. Kamu tidak akan mengerti betapa dadaku sesak setiap memikirkanmu. Kamu tidak akan pernah menyadari betapa rindu di dadaku layaknya kelinci nakal yang memaksa keluar kandang meskipun tahu bahwa dunia luar sungguhlah tidak aman untuk sang kelinci, meskipun aku tahu duniamu bukanlah dunia yang aman untukku.
Berhari-hari, aku berusaha mengisi waktu luangku, dengan apapun yang bisa aku kerjakan agar aku tidak punya waktu bahkan sedetik saja untuk mengingatmu. Karena kamu sudah begitu lekat di sana, karena dirimu sudah punya tempat tetap di sana; di hatiku yang nyatanya belum dihuni orang lain selain dirimu. Dan, aku belum menemukan cara terbaik untuk menghilangkanmu, kamu selalu kembali teringat lagi ketika aku berusaha mengusirmu pergi. Entahlah, mungkin memang kamu diciptakan untuk tetap tinggal, meskipun sebenarnya kebersamaan aku dan kamu tak lagi ada.
Aku memaksa diriku untuk melupakan rambut gondrongmu, untuk tak lagi mengingat suara mendhok-mu, untuk membakar semua memori tentang kebahagiaanmu saat bercerita tentang JKT48, untuk memudarkan senyummu di otakku, untuk menghilangkan jutaan deretan huruf dan angka yang muncul dalam chat kita, untuk mengusir semua rasa cinta-- dan aku mutlak gagal. Aku harus menerima kenyataan bahwa kamu mungkin akan selalu berdiam di sana, di hatiku yang telah kamu patahkan berkali-kali, namun aku maafkanmu lagi dan lagi.
Salahkan aku jika ini berlebihan, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertarik padamu. Pertama kali melihat semua karyamu, melihat polah tingkahmu, mendengar suaramu, melirik senyummu, dan membaca semua chat kita-- sungguh aku tak bisa menahan diri untuk tidak mencintaimu. Meskipun aku tahu mencintaimu adalah awal tragedi buatku, karena aku pasti harus cemburu pada ribuan fansmu, aku harus makan hati karena chat-ku tidak dibalas berkali-kali, dan aku harus berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankanmu. Ya, perjuanganku untuk mencintaimu memang sangat berat, bahkan aku sudah kehilanganmu sebelum aku sempat memilikimu.
Tulisan ini sungguh sangat tidak penting, hanya berisi tangis seorang gadis berumur belasan yang meminta kejelasan. Lalu, apa artinya chat kita hingga larut malam yang bisa membuatku tertawa tak henti itu? Lalu, apa maksudnya kata-kata lembutmu yang bisa menyihirku dalam asa semua? Lalu, apa tujuan dari semua ketika aku mulai jatuh cinta lalu kaupergi seenaknya? Nah, jika kamu membaca ini, tentu kamu akan balik bertanya, "Memangnya kamu siapa?" Aku jelas bukan siapa-siapa dan mungkin aku hanyalah perempuan bodoh yang terlalu menggunakan perasaan, yang tak berpikir bahwa berlian sepertimu tak mungkin jatuh cinta pada tanah liat sepertiku. Seharusnya, aku memang sadar diri, sejak awal percakapan kita itu, aku semestinya tak perlu berharap lebih.
Aku pun ingin berpikir logis, aku pun ingin menggunakan logikaku, dan aku pun ingin tidak sepeka pria, karena menjadi perempuan peka sungguhlah melelahkan. Aku pun ingin tak berharap lebih, tapi aku sudah mencintaimu, dan bagaimana caranya mengantisipasi semua luka jika kamu tidak akan pernah kembali lagi untuk sekadar mengobati perihku? Aku pun ingin melupakanmu, tapi saat tahu bahwa bersamamu sungguhlah menyenangkan, rasanya sangat sulit untuk melupakanmu hanya dalam hitungan hari. Aku pun ingin menjauh dari semua bayangmu, tapi diriku selalu menginginkanmu, mataku hanya mau membaca semua chat darimu, dan hatiku hanya menuju padamu. Lantas, di dinginnya kota Bogor malam ini, aku hanya menyesali semua air mata yang terjatuh sia-sia untukmu.
Aku sungguh jatuh cinta padamu dan rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa kita tidak lagi bercakap-cakap sesering dulu lagi. Dalam kesibukanmu, aku selalu menatap ponselku. Setiap ada pemberitahuan masuk, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berdering, aku berharap itu kamu. Setiap sebuah chat masuk, aku berharap itu kamu. Setiap layar ponseku menyala, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berbunyi, aku berharap itu kamu.
Aku berharap itu kamu, yang memegang jemariku kala aku kebingungan menentukan arah hidupku. Aku berharap itu kamu, pria yang dengan lembut memelukku ketika aku kelelahan menghadapi dunia. Aku berharap itu kamu, yang menemaniku keliling-keliling Jogjakarta, di bawah sinaran lampu jalanan, dan aku memelukmu layaknya orang yang paling takut kehilangan. Aku berharap itu kamu, pria yang mengecupku dengan sangat pelan, menenangkan tangisku yang sesenggukan, dan berkata bahwa semua akan tetap berjalan.
Aku berharap itu kamu, wahai penghulu malaikat yang berperang melawan setan dan kejahatan. Aku berharap itu kamu, racunku yang juga adalah penenangku.
dari Dwita-mu,
yang masih terus diam-diam;
menunggumu.
Duhh kaa, selalu ada kata kata yang miris diparagraf terakhir ((':
ReplyDeleteaduuh baca ini rasanyaaa segsegan :')
ReplyDeleteaduuh baca ini rasanyaaa segsegan :')
ReplyDeleteUtk bbrpa kalimat, kisah ini mengingatkan pada suatu hal~
ReplyDeleteDan akupun juga merasakan hal ini. Terkadang aku ingin melupakanmu, tersadar bahwa aku ini bukanlah siapasiapa dan tak akan mungkin bisa mendapatkanmu. Bukan nya aku pesimis, hanya saja aku sadar diri, aku sadar mungkin takdirku hanyalah menjadi pengagummu -dan selamanya akan terus begitu- tapi tenang aku tak akan mengusik dan mengganggumu. Kau hanya akan hidup dalam anganku dan selamanya akan terus begitu
ReplyDeleteYa ampun dalem sekali kata2nya
ReplyDeleteAku banget nihnih kak :'(
ReplyDeleteSusah kalo gini masalahnya :'(
Walaupun itu dulu,..
Kena bgt ka
ReplyDeleteDalem bnget dwit.. Bikin baper..
ReplyDeleteDuhhh nyess
ReplyDeletemasuk ke hati banget kak
ReplyDelete*yang masih terus diam-diam menunggumu*
ReplyDeleteKak dwita, katanya 25 mau dateng ke toko buku dijogja?
ReplyDeleteentah kenapa tulisan ini mengingatkanku pada seseorang,seseorang yang masih sempat kutunggu meski aku tak ingin lagi menunggunya,seseorang yang mampu membuatku tertawa kencang lalu tiba-tiba membuatku menangis lebih kencang lagi,andaikan cinta tak sesakit ini :')
ReplyDeleteiyah aku berharap itu kamu, ya ampun ka bikin flasdisk lagi deh huhuhu
ReplyDeleteSampe nangis bacanya..persis dengan yang aku alami sekarang..rasanya gak enak banget
ReplyDelete:(
ReplyDelete:(
ReplyDeleteDatang dg sejuta janji dan harapan. Pergi tanpa meninggalkan alasan
ReplyDeleteKamu yang datang dengan sejuta harapan. Dan kamu juga yang telah hancurkan :'(
ReplyDeleteAku berharap itu kamu, racunku yang juga adalah penenangku. :' huhuuu
ReplyDeleteAku berharap itu kamu, racunku yang juga adalah penenangku.
ReplyDeleteKa dwita, bisakah kau ceritakan bagaimana perihnya menjadi orang ketiga, dan bagaimana bimbangnya menunggu seseorang yang mungkin tidak diciptakan untuk kita miliki?
ReplyDeleteKa dwita, bisakah kau ceritakan bagaimana perihnya menjadi orang ketiga, dan bagaimana bimbangnya menunggu seseorang yang mungkin tidak diciptakan untuk kita miliki?
ReplyDeleteAku sungguh jatuh cinta padamu dan rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa kita tidak lagi bercakap-cakap sesering dulu lagi. Dalam kesibukanmu, aku selalu menatap ponselku. Setiap ada pemberitahuan masuk, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berdering, aku berharap itu kamu. Setiap sebuah chat masuk, aku berharap itu kamu. Setiap layar ponseku menyala, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berbunyi, aku berharap itu kamu.
ReplyDeleteaku pun menunggu kau akan hadir kembali dalam dunia ini. kedua bola mata kita akan bertemu kembali. ragamu kembali hadir memeluk erat ragaku. aku sadar semua hanya impian. semua semu. tak akan pernah bisa. kau tlah berada di dunia lain. aku merindukanmu. tiap malam aku mengendus harum bunga kenanga, suaramu seakan hadir menemani dini hariku. aku berharap bayanganmu selalu hadir. dan ku harap itu bukan bayangan. aku berharap kau nyata dan kau hidup kembali.
ReplyDeleteAku sungguh jatuh cinta padamu dan rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa kita tidak lagi bercakap-cakap sesering dulu lagi. Dalam kesibukanmu, aku selalu menatap ponselku. Setiap ada pemberitahuan masuk, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berdering, aku berharap itu kamu. Setiap sebuah chat masuk, aku berharap itu kamu. Setiap layar ponseku menyala, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berbunyi, aku berharap itu kamu.
ReplyDeleteyaa,persis banget sama gue yg masih sabar nunggu...dia