08 March 2016

Harusnya, tidak perlu ada cinta di antara kita

Aku tidak bisa tidur meskipun aku berusaha untuk memejamkan mataku. Kamu ada di langit-langit kamarku, semakin membesar di dadaku, berlalu-lalang di otakku. Aroma tubuhmu selalu menyeruak setiap kali aku berusaha mengusir sosokmu dari sini. Aku merasa semua tidak lagi adil ketika aku merindukanmu. Tidak adil karena aku tidak bisa segera memelukmu. Tidak adil karena aku tidak bisa langsung menatap wajahmu. Tidak adil karena aku tidak mampu memastikan bahwa di sana kamu baik-baik saja.

Aku duduk di depan laptopku, sambil mendengarkan lagu Michael Buble, Always On My Mind, lagu kesukaanmu. Aku merasa kamu sungguh ada di sampingku, sedang memperhatikanku dengan mata bulatmu, seperti saat beberapa hari yang lalu aku membuat materi untuk mengisi workshop di Semarang. Seandainya, di sampingku sungguhlah dirimu, aku tidak akan berpikir dua kali untuk memelukmu. Seandainya, kamu benar ada di sini, aku ingin mengajakmu bertengkar soal pembicaraan kita mengenai akhir yang bagus untuk kisah cinta kita, untuk kisah cinta yang kubilang ingin aku jadikan novelku selanjutnya, dan kamu membalas semuanya hanya dengan tawa.

Aku rindu menatapmu tertawa dengan sangat lapang, sehingga membuatku cukup bahagia karena beberapa saat kaulupakan sedihmu. Aku rindu dekapan di bahumu, dihangatnya dadamu, ketika aku meminta mengartikan suatu kalimat bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Aku rindu melihat alis tebalmu yang hampir bertemu, ketika kamu sedang memikirkan semua jawaban atas semua pertanyaanku. Aku rindu caramu berpakaian, topimu, jaketmu, tas punggungmu, sepatu olahragamu. Aku rindu semua yang ada dalam dirimu dan seandainya jarak kita tidak tiga ratus kilometer, tentu kita berdua tidak perlu menunggu dan menanti lagi sebuah pertemuan langka berikutnya. Pertemuan belasan jam yang direncanakan selama tiga bulan. Betapa tidak adilnya hidup ini. Betapa tidak adilnya dunia pada kita.

Seandainya kamu sedang di sampingku, maukah kau bercerita tentang enaknya lumpia Semarang yang begitu kaubanggakan itu? Seandainya kamu berada dalam pelukku, maukah kau bercerita tentang Markobar, martabak anak Pak Presiden yang mulai terkenal di kotamu itu? Seandainya kamu ada di sini, maukah kamu menyuapiku beberapa sendok tahu gimbal, dan menemaniku menuntaskan rindu yang makin parah ini? Seandainya kamu ada di sampingku, maukah kaudengan sabar menjelaskan rute-rute perjalanan dari Pandanaran menuju Tembalang? Seandainya kamu ada di sampingku, maukah kaumemelukku dengan sangat rapat, kemudian berjanji tidak akan pergi lagi?

Katakan padaku, bahwa semua hal indah yang kita lewati beberapa hari yang lalu hanyalah sebuah mimpi anak ingusan pada pria dewasa-- yang mustahil untuk menjadi miliknya. Katakan padaku, bahwa caramu membuatku tertawa itu hanyalah rasa belas kasihan karena kamu tahu bahwa sebagai perempuan; aku terlalu banyak disakiti cinta. Katakan padaku, bahwa caramu membuatku bahagia itu hanyalah bualan untuk membuatku merasa tetap optimis pada hidup yang selalu terlihat jahat di mataku. Katakan padaku bahwa kamu tidak mencintaiku. Buatlah aku membencimu, sehingga aku tidak perlu merasakan rindu sesakit ini. 

Aku berharap, pagi ini, aku sedang berada di kotamu. Dan kita bisa menikmati udara pagi Semarang sambil tetap berpelukan. Seandainya, kamu memang hanya satu-satunya milikku, demi apapun-- tidak akan aku melepaskanmu. Pertemuan ini terlalu singkat, kamu tahu kita telah berbulan-bulan merencanakan semua, dan aku... dan aku... aku tiba-tiba tidak ingin kehilangan kamu. Aku tidak tahu ini namanya apa, saat kautunjukan foto kedua anakmu, dan memberikannya untukku. Aku  tidak tahu ini namanya apa, saat kaubercerita mengenai istrimu, dan entah bagaimana aku merasa butuh menghiburmu. Aku tidak tahu, mengapa diusiamu yang kedua-puluh-delapan, aku merasa cukup percaya diri bahwa kelak kauakan dapatkan yang lebih baik nanti. Aku tidak tahu, mengapa sebisa mungkin aku berusaha nampak ingin berpikiran dewasa jika sedang berada di sampingmu.

Jika kehadiranmu dalam hidupku untuk membuatku jatuh cinta, kamu sudah berhasil melakukan misimu. Aku dilarang untuk jatuh cinta padamu dan harusnya memang tidak perlu ada cinta di antara kita. Tetapi, caramu menatapku itu sungguh luar biasa, dan aku tidak bisa menolakmu masuk ke dalam hatiku. Karena tiba-tiba kamu bertahta, sekuat dan sehebat itu, hingga aku tidak tahu cara mengantisipasi rasa sakit kalau suatu saat aku terpisah darimu. 

Aku tidak tahu apa maksudnya, maksud dari pelukmu yang erat, maksud dari kecupmu yang lekat, sebelum workshop di Semarang dimulai. Aku tidak tahu apa maksudmu ketika kamu melarang aku menemui sahabat priaku yang berkuliah di UNDIP sore itu. Aku tidak tahu apa maksudmu, saat kamu memintaku tinggal beberapa hari lagi, agar kita bisa memperpanjang hari-hari yang kita lewati bersama. Aku tidak tahu apa maksud dari ucapanmu, ketika kamu berharap nonton bareng film Raksasa Dari Jogja bisa diadakan di kotamu. Aku tidak tahu apa maksud dari rangkul hangatmu, ketika kamu berkata bahwa kamu akan sangat merindukanku.

Aku duduk diam di depan laptopku, sementara Michael Buble masih mengalun dengan damai. Izinkan aku memutar ulang waktu, agar tidak pernah terjadi pertemuan antara kita, agar aku tidak pernah tahu rasanya jatuh cinta padamu, agar aku tidak merindukan hangat pelukmu. 

Masalahnya, aku sangat benci kata terlambat. Aku terlambat masuk ke dalam hidupmu. Kamu terlambat masuk ke dalam hidupku. Dan, saat ini, kita bertemu di persimpangan jalan, bertanya-tanya apakah ingin melanjutkan perjalanan ke depan bersama-sama, sementara aku tahu betul-- Tuhan pun benci jika kita tetap bersama.

Beranikah kau melawan Dia?

9 comments:

  1. Asli dalem banget, pagi-pagi udah sarapan pake baper -,

    ReplyDelete
  2. kak, suatu saat kalo udah keluar sekolah SMA aku mau nulis juga. nggak usah nyetak novel soalnya aku juga belum bisa nulis cerita panjang. tapi, aku pengen muntahin milyaran kata-kata seberani kaka. punya jutaan fikiran tentang setiap kalimat. semoga yah kak 😊 u're my inpiration 😘

    ReplyDelete
  3. inspirasi banget, thanks Dwitasari :) sukses dalam berkarya.

    ReplyDelete
  4. Terimakasih kak, kata katanya sungguh berwarna..

    ReplyDelete
  5. ah kakdwita suka ya bikin baper:')

    ReplyDelete
  6. terinspirasi banget sama kata"nya kak dwitaaa :')

    ReplyDelete
  7. ngena bgtt😭😭😭

    ReplyDelete