23 April 2011

Perpisahan itu ...

"Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyiaan ini bernama tanpamu."

Sebenarnya, aku tidak pernah ingin semuanya berakhir. Saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan harus terjadi, untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.

Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi, kamu menyapaku dengan lembutnya. Saat siang, kamu sekedar mengingatkan untuk tidak terlambat makan. Saat sore, kamu menyapaku lagi, bercerita tentang hari-harimu, lelahmu dan bahagiamu pada hari itu. Saat malam, kamu menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melewati lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.

Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku tetap harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia dalam jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.

Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan, aku harus membuang dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu  tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan, setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku, akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku, dia akan menjadi alasan terbesar saat doa terucap lalu aku dan kamu menyisipkan namanya. Selamat menemukan jalanmu. 

Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kau juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan. Baik-baik ya :)

21 April 2011

Kadang, Kisah cinta tak hanya milik DUA ORANG

"Mencintai jadi begitu menakutkan jika kamu adalah pihak ketiga, penghancur segalanya"


Aku bahkan tak mengerti bagaimana statusku dengan dia. Dia dengan istrinya dan aku juga bersamanya. Aku tak peduli bagaimana mempersepsikan statusku, sebagai simpanan atau bahkan sebagai penghancur hubungan orang, tapi toh tidak separah itu. Aku tak menuntut banyak hal darinya, kami saling mencintai dan pentingkah status? Aku rasa tidak.

Lupakan makan malam romantis, berbagi coklat manis, atau bahkan tanganmu menghapus air mataku saat menangis. Aku hanya kau temui secara sembunyi-sembunyi, saat kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untukku atau saat kau tidak bersama dengan istrimu. Dalam waktu yang sangat singkat itu, aku berharap bisa terus menahanmu, karena aku benci selalu jadi prioritas kedua, karena aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar-benar membutuhkanmu.

Ada saat-saat dalam hidupku, saat aku tetap meyakini bahwa ini hanya sementara. Aku masih meyakini suatu saat aku akan menjadi satu-satunya untuk selamanya dalam hidupmu, kamu akan menangis memelukku saat aku mengenakan gaun pengantin, kamu akan menjadi satu-satunya orang yang aku lihat saat aku terbangun dari mimpi, kita akan bahagia. Aku masih menyakini bahwa aku tidak selamanya jadi yang kedua, aku tidak selamanya akan terus kausembunyikan. Aku masih sibuk merancang mimpi indah untuk hubungan kita, walaupun kutahu kau tak pernah menghabiskan waktumu hanya untuk memikirkan akhir dari hubungan kita. Aku benci saat-saat kaumenghancurkan mimpiku dengan mengatakan bahwa kautak mungkin meninggalkan istrimu dan juga takkan mungkin meninggalkanku. Aku benci harus menata ulang mimpi itu dari awal tanpa kaumeminjamkan pundakmu saat aku menangis. Lalu, untuk apa kata cinta itu kauperdengarkan, jika kauTak bisa menjadikanku satu-satunya wanita yang kaucintai? Jika kauhanya bisa menyembunyikanku dari sorotan dunia? Jika kauhanya menutup-nutupi cerita kita dari istrimu?

Kita sering berkhayal dan bermimpi, khayalan yang akan membuat aku dan kamu tertawa lepas, berbagi tawa dan bahagia dalam sebuah ketakutan bahwa hubungan rahasia ini akan diketahui oleh seseorang selain kita berdua.

Selama ini, saat aku bersamamu, aku lupa apa arti cinta. Perasaanku mati untuk merasakan bahagia. Aku terbiasa dengan perasaan sakit yang kubuat sendiri, aku terbiasa dengan kelakuanmu yang kadang tak menganggapku ada. Kamu terlanjur membuatku percaya, bahwa cinta adalah kesabaran menjadi orang ketiga. Aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri, hanya untuk mengharapkanmu, kamu yang tak pernah menganggap perasaanku ada dan nyata. Aku juga ingin bahagia, seperti kamu dan istrimu. Aku ingin bahagia, tanpa harus bersembunyi dan dikejar rasa ketakutan.

Aku ingin bahagia. Dan jika bahagia berarti melupakanmu, akan terus aku coba untuk melakukannya. Aku percaya bahwa sesuatu yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Aku percaya bahwa hubungan yang telah dikuduskan oleh Tuhan tidak dapat dinodai oleh manusia. Aku ingin mengakhiri semua dosa ini. Jadi, biarkan aku jatuh cinta pada seseorang selain kamu, yang akan mengutamakanku dalam berbagai hal, yang tidak akan menyembunyikanku dari sorotan mata dunia, dan yang akan memayungiku saat hujan mencoba menggelitik manja tubuhku. Jika bahagia berarti melupakan bayangmu yang terhisap kangen tadi malam, akan aku lakukan.

Istrimu berhak mendapatkan kesetiaanmu, dia tentu bukan wanita yang kau nikahi dalam ketergesa-gesaan. Cintailah dia seperti pertama kali cinta itu ada dan menggetarkan hatimu dengan luar biasa. Percayalah, aku akan menemukan bahagia. Kita akan bahagia dalam jalan kita masing-masing, tanpa harus menyakiti pihak lain, tanpa harus menyangkal Tuhan yang menyebabkan cinta itu ada.

13 April 2011

Terlihat tapi tak tersentuh

Entah sudah bulan keberapa, aku menyukaimu dan mencintai tulisanmu. Sungguh, aku menggilai karya-karyamu. Aku selalu suka caramu merangkai kata-kata menjadi barisan paragraf sempurna yang mengajakku terus-menerus membacanya hingga bagian akhir.

Kamu tentu akrab dengan kata cinta. Cinta bisa datang darimana saja, bahkan dari barisan paragraf tak bergerak tak bernapas bernama tulisanmu. Aku... salahkah aku jika jatuh cinta hanya karena tulisanmu? Aku ingin menyelam dalam pikiranmu, mengatahui setiap isi impulsnya. Aku tak pernah tahu, bahwa ternyata tulisan dapat membuatku jatuh cinta. Bagaimana mungkin kaubisa membuatku begitu terjatuh tanpa kamu pernah menolongku untuk bangun?

Diam-diam, kubiarkan jejak-jejakmu meramaikan otakku. Kamu mengelilingi otakku, menyisakan jejak-jejak rindu dalam setiap rotasinya. Aku tak kunjung menemukanmu. Siapa dirimu yang berani mengacaukan isi otak dan hatiku? Dan kamu menguasai setiap malamku dengan tulisanmu. Kamu mengendalikan perasaanku melalui tulisanmu. Kamu membiarkanku selalu mereka-reka wujudmu dalam dunia nyata, bukan dalam sebuah buku terbuka dan tulisan yang mengajakku berbicara. Aku ingin mengetahuimu secara nyata, aku ingin mendengar suaramu, sungguh.

Dalam tulisanmu, aku mempersepsikan bahwa kamu senang menunggu. Oke, maafkan ke-sotoy-an yang kuperlihatkan padamu. Betapa beruntungnya wanita yang kautunggu itu. Betapa beruntungnya wanita yang membuatmu tertawa dalam hujan dan menangis dalam senja yang sebenarnya kau suka kehadirannya. Seandainya wanita itu aku, aku tidak akan membiarkanmu menunggu. Aku tidak akan membiarkanmu menangis sendiri dan tertawa tanpa ada tempat berbagi. Aku tidak akan membuatmu menciptakan damba semu pada cinta yang selalu kaujaga. Lihat? Anak seumuranku berbicara tentang cinta? Sungguh lucu dan tak masuk akal. 

Kita bahkan tak pernah saling tahu dan bertemu, bayangmu begitu saja mengendap-endap dalam kenyataanku, mengisi kehidupan nyataku. Ada bermacam-macam kamu dalam otakku, ada berbagai bentuk kamu dalam impuls otakku.

Mencintaimu? Tidak pernah cukup dengan hanya menggenggam buku hasil karyamu. Mencintaimu? Tidak pernah cukup dengan hanya membaca tulisanmu. Masuki dunia nyataku, lihatlah isi hatiku, ada kamu yang mengisi ruang-ruang kosong di dalamnya.

Kita harus bertemu.

Dari pengagummu
Yang sudah tidak terlalu nyaman 
dalam kebisuannya

05 April 2011

Luka dalam status HANYA TEMAN

"Kapasitasku memang hanya seorang teman, tapi perasaanku padamu lebih dari sekadar teman."

Aku bangun, mengawali hari dan mengajak Tuhan berbicara, mengatakan pada Tuhan bahwa aku sangat bersyukur bisa mencintaimu walaupun dengan kenyataan yang sama kamu hanya bisa melukaiku. Melukaiku hingga sakit yang tidak pernah kaurasa. Dengan mata terbangun seadanya, aku menatap ponselku dan berharap kamu basa-basi mengucapkan selamat pagi, sayangnya keinginanku yang terlalu muluk itu tak pernah terjadi. Entah ini sudah hari yang keberapa, hari saat-saat kautak pernah menyadari bahwa aku begitu mencintaimu.

Aku terdiam menatap langit-langit kamar, sambil mengingat hal yang telah kaulakukan padaku beberapa hari yang lalu. Saat kau membentakku dengan suara lantang, saat kaumematahkan harapanku tanpa ampun, saat kaubersikeras mencuci otakku agar aku tak lagi memikirkanmu.

"Jelaskan padaku mengapa kau harus berbuat tolol seperti ini? Perhatianmu, pesan singkatmu, tulisanmu, perkataanmu. Katakan padaku mengapa sikapmu berubah? Bisakah kautuliskan dengan besar-besar diotakmu bahwa kita hanya TEMAN? HANYA TEMAN! Kamu berubah! Jangan ubah sikap dan perlakuanmu menjadi tindakan bodoh tak berdasar logika! Ubah sikapmu dan tanamkan dalam otakmu bahwa kita tidak lebih dari TEMAN!" Bentakmu dengan penuh amarah. Aku mematung, otakku hanya berisi bentakan kasarmu yang menandakan bahwa amarahmu memuncak.

Kamu mengatakan bahwa aku berubah, tapi dalam kenyataan, kamulah yang sangat berubah. Kamu bahkan lupa cara berterimakasih dan membaca perasaan seseorang. Setelah kejadian itu, bahkan Aku tak lagi mengenalmu. Di mana kamu yang kucintai dulu? Aku lelah berharap dan menunggu, setelah penantian itu, aku malah mendapatkanmu dengan sikap yang berbeda. Menangis sekencang apapun tak akan mampu mengubah sikapmu.

Hari ini aku akan bertemu denganmu lagi. Menatap matamu dan menyapamu seperti biasa, layaknya seorang teman biasa. Mungkin kautakkan membalas senyum dan sapaku, kamu akan dengan tegas membuang muka ke arah lain yang lebih kausuka. Padahal, aku selalu berharap kamu bisa menatapku lekat dan melihat cinta di dalam mataku. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang bisa kau suka dan kaucinta. Dan, status HANYA TEMAN itu selalu menyisakan luka yang tidak kamu rasa.

Kemarin, kamu menyakiti, merusak, mematahkan bahkan mengiris-iris hatiku yang berisi tentangmu, tapi jangan khawatir! Perbuatanmu takkan membuatku berhenti untuk mencintaimu. Hari ini, bahkan saat kaumemalingkan wajahmu maka aku tidak akan memalingkan wajahku. Aku tetap mencintaimu seperti pertama kali getar itu muncul dan menggerogoti hatiku; hingga hanya berisi kamu, kamu, dan kamu yang tinggal di dalamnya. Kapasitasku memang hanya seorang teman, tapi perasaanku padamu lebih dari sekedar teman.