23 May 2011

untitled

Setiap mendengar lagu Mocca, aku selalu mengingatmu. Entah mengapa setiap mendengar suara Arina hilir-mudik di telingaku, aku selalu mengingat hadirmu. Kamu yang sebenarnya tak pernah tersentuh, kamu yang sebenarnya tak pernah kutemui.

Sapa lembutmu mengalir maya dalam jejaring sosial itu. Aku tidak mengerti, dengan hal yang sederhana, kaubisa membuatku begitu menyukai kehadiranmu. Aku suka saat-saat kita bisa meluangkan waktu sekadar untuk bercerita. Bercerita tentang aku dan kamu yang mungkin tidak akan pernah menjadi KITA.

Bagaimana mungkin dengan cara sederhana itu kaupernah membuatku jatuh cinta? Cinta yang saat ini kuanggap hanya kenangan yang mungkin akan kaulupakan dan aku lupakan. Anggaplah tidak pernah ada cinta diantara aku dan kamu, hanya perasaan suka tak berdasar logika, hanya perasaan tertarik pada perkenalan pertama.

Aku tahu, kausudah memiliki seseorang, tentu saja lebih dari teman. Aku juga menyukai wanita itu. Sapa lembutnya tak kalah menghangatkan darimu. Aku suka cara sederhana yang dia lakukan saat dia bercerita semua hal tentangmu, aku beranggapan bahwa kalian adalah dua orang beruntung yang telah digariskan Tuhan untuk saling mencintai. Aku menyukai kalian berdua, wanita cantik berwajah lembut dan kamu pria manis yang menyukai audio romantis.
 
Dan, cinta itu hanya masa lalu. Kauhidup dalam kenanganku dan aku tak perlu memaksamu untuk mengendap-endap masuk dalam dunia nyataku. Cinta kita hanya butir-butir salju yang akan mencair saat musim berganti. Ini hanya cinta musiman, yang datang dengan cepat dan berlalu dalam waktu yang tepat.

Perlukah ada rasa rindu jika aku tak lagi mencintaimu? Perlukah ada rasa khawatir jika aku tak lagi membiarkanmu mengendalikan perasaanku? Kamu dengannya dan aku bahagia. Itulah cinta.