30 November 2016

Lakukan Apapun, Asal Kautidak Pergi


Sulit untuk menolak jatuh cinta padamu. Karena bibirmu mengucap cinta di telingaku, karena matamu berkata cinta pada mataku, karena pelukmu sehangat angin pagi, karena kecupmu semanis greentea latte di sore hari, dan hangatnya napasmu yang berembus di dekat tengkuk leherku-- adalah kebahagiaan nyata yang sepenuhnya aku tunggu.

Namun, kesetiaanku yang selalu menunggumu, ternyata tidak mampu membuatmu untuk tetap tinggal. Hari ini kau di sini, besok kauakan ke sana dan ke mari. Hari ini kaubersamaku, besok entah dengan siapa, aku bahkan tidak tahu. Kausengaja simpan jutaan teka-teki yang tidak bisa aku pecahkan, membiarkan aku terus menebak-nebak, membiarkan aku terus berharap, membiarkan aku berdiam dalam muak.

Tidak mungkin kautak tahu bahwa aku mencintaimu. Tidak mungkin kautidak menyadari, saat begitu ringan kauangkat tubuhku, menyandarkanku dengan sengaja di dinding, menciumiku dengan bibir lembutmu, dan kautatap begitu dalam mataku, lalu waktu terhenti di situ. Tidak mungkin kautidak melihat cinta di mataku. Tidak mungkin kautak menyadari, perempuan ini hanya padamu memberi hati. Tidak mungkin kamu tidak mengerti, ada aku yang terluka di sini.

Kauterus berbuat seperti ini. Memelukku, menciumiku, menghabiskan waktu beberapa saat sambil kita berdua menatap langit-langit kamar, lalu kaupergi lagi bergumul dengan duniamu, dunia yang tidak pernah melibatkan aku. Mungkin aku hanya kaubutuhkan, sebagai penghilang kesepian. Salahku memang, yang terlalu serius-- mencintai dan menggilaimu.

Sebagai yang tak dianggap, aku tak berhak meminta dan menuntut. Silakan kaupergi sesuka hati, lakukan apapun yang kaumau, asal berjanjilah untuk kembali. Karena aku selalu menunggu dan menatap layar ponsel, berharap ada ucapan "hai" darimu.

Tolong, maafkan kebodohanku.

- Bogor, 30 November 2016

****

Temukan semua quotes Dwitasari yang sesuai dengan kata hatimu dengan cara ketik *813*114*4# dari Indosat kamu :')

15 October 2016

Mengapa begitu sulit menerima kenyataan bahwa kita sudah tak sejalan?


Dari pria yang mencintai kekasihnya, namun lebih mencintai kamu,

Dengan kepala sedikit berkunang-kunang, aku kembali menatap ke depan pagar rumah. Sebenarnya, aku tidak menyimpan banyak harapan, pun tidak bersikeras menyuruhmu datang. Namun, ucapanmu dalam percakapan kita di Whatsapp tadi seakan memberi isyarat bahwa kamu akan hadir. Dan, dengan dada sedikit menghangat, aku menahan rasa demam yang sejak tadi sebenarnya telah menggerogoti badan.

Hingga hitungan dua puluh menit, kamu belum juga hadir. Aku memilih untuk kembali membaringkan tubuhku di ranjang dan menyesap rokokku sebatang. Kuhapus rasa pahit di lidah dengan kopi susu yang diseduh oleh anak buahku. Sisa lelah seharian masih berada dalam tubuh dan disaat tubuh tak mampu beraktivitas lagi, tetiba aku selalu mudah merindukan sosokmu. Kamu yang memelukku tanpa menuntut banyak hal. Kamu yang memeluk tubuhku tanpa meminta embel-embel status dan kejelasan. Kamu yang menengkanku tanpa mempermasalahkan status hubungan kita.

Aku kembali menatap ponsel dan berharap ada pesan singkatmu di sana, tapi tidak ada satupun pesan yang muncul. Hanya pesan dari beberapa rekan kerja yang pekerjaannya akan aku rampungkan beberapa hari lagi. Aku menghela napas sambil menatap langit-langit kamarku, langit-langit kamar yang selalu jadi pemandangan kesukaanmu. Itulah yang selalu kauceritakan padaku, setiap kali kausandarkan kepalamu di bahuku, kemudian kaubercerita segalanya di telingaku, tentang segala mimpi-mimpimu, tentang kebahagiaan yang telah kaurencanakan bersamaku, tentang cerita panjang kita, dan tentang akhir cerita cinta kita yang sebenarnya; kaupun tahu-- tidak akan berakhir bahagia.

Selalu kusimpan rasa sesal, setiap kali memikirkan kamu dan ketidakjelasan hubungan kita. Aku tidak paham mengapa ada perempuan sesabar dan sesetia kamu, hingga tak kaubutuhkan alasan untuk mencintaiku. Ketulusanmu yang selalu menganggapku pria sederhana itu kerap membuat aku lupa bahwa hubungan kita tidak boleh berjalan terlalu jauh. Seringkali aku tertarik terlalu dalam, hingga aku tidak sadar, segala hal menarik tentangmu telah membuatku tak sengaja jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada suara merdumu, pada tawamu, pada kecupmu, pada peluk hangatmu, pada manjamu, pada air matamu, pada rangkulanmu, pada caramu membuatku tertawa, pada kata-kata sarkastikmu yang selalu membuatku mudah merasa bersalah. Aku jatuh cinta pada setiap kekonyolanmu, seperti aku jatuh cinta pada kekonyolan hubungan kita yang tak kunjung menemukan titik terang.

Kamu tidak menuntut segalanya, meskipun kamu bisa. Kamu tidak menuntut seluruh dunia, meskipun kamu sanggup. Kamu tidak menuntut aku meninggalkan kekasihku, meskipun kamu tentu mampu melakukan itu dan merebut aku dari pelukan kekasihku. Aku tidak tahu, Sayang, mengapa kamu begitu tabah menghadapi aku yang tidak mampu meninggalkan kekasihku tapi selalu membisikan kata cinta di telingamu. Tidakkah sikapku ini hanya mampu menyakitimu? Seperti kubilang, kamu bisa menyuruhku melakukan apapun, tapi kamu selalu memperlihatkan ketabahan yang tidak aku mengerti. Bodohkah aku karena membiarkanmu jadi yang kedua jika sebenarnya kaujauh lebih pantas menjadi yang pertama?

Kaupantas menjadi yang pertama. Kaupantas berada di pelukan pria yang mau mengakui kehadiranmu. Kaulayak diperjuangkan oleh seorang pria, yang bukan aku. Namun, setiap kali aku mengatakan itu, sebenarnya seluruh hatiku terluka parah. Aku sungguh jatuh cinta padamu, tapi aku tidak bisa meninggalkan kekasihku yang telah bersamaku selama dua tahun itu. Semua kenangan bersama kekasihku selama dua tahun entah mengapa bisa tertutup hanya dengan perkenalan kita selama delapan bulan. 

Lalu, kaurela disembunyikan. Kaurela aku perlakukan semena-mena. Kaurela jatuh cinta dengan pria yang tidak selayaknya kamu cintai. Egoiskah aku jika aku ingin kamu tetap tinggal dan tidak memiliki pria lain, sementara aku telah memiliki perempuan lain? Aku tidak ingin ada pria lain yang mampu membahagiakanmu, karena  aku ingin jadi satu-satunya pria yang bisa membahagiakanmu, meskipun kita mustahil untuk bersatu. Aku sebenarnya sangat ingin menjadikanmu yang pertama, tapi kaupun tahu bahwa kekasihku tidak akan menerima semua alasan itu.

Sayang, kudengar klakson mobil di luar rumahku. Aku bergegas keluar dengan wajah bahagia. Demam di tubuhku berangsur pulih hanya dengan melihat senyummu di depan pagar. Kamu sudah berdiri di sana dengan sebungkus nasi uduk beserta ayam kesukaanku. Kamu berdiri dengan senyum khasmu. Aku tersenyum dan berharap bisa memelukmu sekuat yang aku bisa. Tapi, langkahku tertahan, melihat seorang pria yang berada di dalam mobil yang tadi kautumpangi.

Kaupun hanya menatapku dengan santai, tidak sehangat seperti biasanya. Aku mengerti. Ada yang berbeda di sini. Karena pada akhirnya, kamu memiliki kekasih hati, kekasih yang tidak kauceritakan padaku, kekasih yang kini bersamamu dan membuat waktu kita akan semakin berkurang. Aku tertawa di bibir seakan mengucapkan selamat karena kamu telah memiliki kekasih. Tapi, entah mengapa, hatiku tersayat sedikit demi sedikit. 

Kamu bukan kekasihku, tapi mengapa aku terluka jika aku tahu kamu telah memiliki kekasih baru?

Untuk perempuan penyabar,
yang lebih senang menangis di tulisan, 
daripada di bahuku.

****

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

10 August 2016

Bolehkah aku berhenti memperjuangkanmu?

Baca sebelumnya: Karena pelukmu selalu berhasil menenangkanku.

Tidak ada yang menyenangkan berjalan dalam bayang-bayang, namun bayang-bayangmu memberiku banyak arti, dan selalu berhasil membuatku memutuskan untuk berjalan lagi. Aku begitu tahu, mencintaimu adalah sebuah kesalahan, tetapi berkali-kali kamu meyakinkan, bahwa bukan aku penyebab dari segala kehancuran. Lalu, kamu memintaku kembali dalam hidupmu, dengan label sahabat. Haruskah aku bilang, bahwa semua sikapmu membuat aku sedikit muak? Kita pernah di tahap lebih dari sahabat, lalu kaumemintaku meneruskan hubungan denganmu sebagai sahabat biasa.

Aku menggelengkan kepala dan sibuk menahan air mata. Karena semua yang kulihat selalu membuatku ingat. Kamu membekas dalam otakku dan aku juga makin tak mengerti cara untuk mengusirmu dari hatiku. Kulewati jalan-jalan panjang yang kita lewati berdua. Dan, yang muncul di kepalaku, hanyalah wajahmu yang tersenyum, yang aku lihat di spion sepeda motormu. Betapa kebahagiaam bagiku begitu sederhana, memelukmu erat di atas sepeda motormu, dan mendengarmu bercerita tentang apapun. 

Kamu ingat? Kamu bercerita mengenai apartemen yang akan dibangun di sekitar rumahmu, masterplan yang kautolak karena daerah itu tidak bagus untuk dijadikan apartemen. Aku melihatmu dari kaca spion, memelukmu erat seakan tak ada lagi hari esok, dan kamu terus merancau dengan nada sebal. Aku jatuh cinta pada caramu mengungkapkan pendapatmu, aku jatuh cinta pada caramu menatapku dengan tatapan tidak biasa, dan aku jatuh cinta setiap kali kamu tersenyum ke arahku-- sementara aku tidak mampu menyembunyikan betapa rasa cinta di dadaku kian hari kian membesar.

Perasaan ini semakin sulit untuk dipertanggungjawabkan, terutama ketika kamu sering menghilang karena berbagai alasan. Dan, aku hanya mampu menunggu dengan sabar, menatap ponsel dengan penuh harap, berharap kamu menghubungiku untuk mengajakku bertemu. Tapi, kamu tidak pernah ada, kamu tidak pernah hadir dalam hari-hari saat aku membutuhkanmu. Aku mengerti, tidak bisa aku menuntutmu segalanya, karena perempuan yang kausembunyikan ini tidak berhak untuk mengatur dan meminta apapun darimu. Namun, salahkah jika aku ingin, suatu hari nanti, aku punya hak, punya otoritas, untuk terus bersamamu? Mungkin ini gila, tapi tidak bertemu denganmu, kemudian hanya bisa memendam rindu yang membesar bisa juga membuatku merasa gila.

Sungguh, aku tidak memintamu lebih dari waktu yang bisa kamu berikan untukku. Karena aku juga paham, waktumu sudah cukup tersita dengan pekerjaan juga dengan gadis pilihanmu. Sebagai yang bukan pilihan, aku hanya mampu menatapmu dengan sabar, hingga waktu yang tepat datang, agar aku bisa memelukmu walau sesaat. Semua waktu kita, walaupun singkat, adalah waktu yang sangat berharga bagiku. Kamu tidak tahu luka yang ada saat aku memelukmu dengan erat, pelukan yang mungkin terasa begitu berlebihan. Kamu tidak tahu, rasa sakit hati yang ada, saat kita berpelukan namun kamu sibuk bercerita tentang kekasihmu. Kamu tidak tahu, saat pertama kali kamu bilang sudah punya kekasih, dan saat itu juga aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukmu, bisakah kamu tebak apa yang ada dalam benakku? Aku merasa kamu adalah the one, sementara kamu hanya menganggapku selingkuhan.

Saat aku menangis, kamu berusaha menenangkanku, dan ada kebingungan yang nampak jelas di wajahmu. Kamu memintaku untuk berhenti menangis, namun air mataku sulit diajak kompromi. Air mataku jauh lebih memahami apa yang terjadi di dalam hatiku, sementara kamu tidak pernah paham apa yang sebenarkan aku rasakan. Pelukmu, kala itu, lebih menyakitkan daripada perpisahan apapun. Yang paling menyakitkan bagiku adalah saat kamu mengaku sangat mencintaiku, tetapi kamu tidak mungkin meninggalkan kekasihmu. Jika memang kamu sudah berdua, mengapa kamu memelukku, mengecupku, menahanku pergi seakan hanya akulah satu-satunya yang kamu miliki?

Luka itu semakin meluas, saat aku berusaha melupakanmu, namun kamu pada akhirnya selalu punya tempat di hatiku. Kamu selalu ada di tempat yang secara sukarela aku sediakan, dan aku berikan hatiku yang utuh untuk kamu patahkan berkali-kali. Semakin aku jatuh cinta padamu, semakin aku menyadari bahwa kamu tidak akan mungkin aku miliki. Bahkan, aku tidak tahu, status kita ini bisa dinamakan apa. Kamu punya kekasih, tetapi kamu sangat mencintaiku dan tidak ingin meninggalkanku, lebih anehnya lagi-- kamu tidak ingin aku pergi dari hidupmu.

Bisakah kaumembayangkan rasanya jadi aku? Yang harus terus mengalah, yang harus terus menyembunyikan air mata, yang harus bersedia disakiti berkali-kali, yang harus menutup mulutnya agar tidak mengeluh, yang kelak akan dibenci temanmu, dan segala rasa sakit yang aku rasakan-- hanya demi memperjuangkan dan mempertahankanmu? Terlalu banyak ketidakadilan yang kurasakan. Terlalu banyak kesesakan dan rasa bersalah yang menghantuiku. Aku sangat mencintaimu, sungguh, dan mengetahui tubuhmu tidak hanya dipeluk olehku adalah patah hati terbesar yang sulit dijelaskan kata-kata.

Kaumemintaku untuk menyembunyikan segalanya. Kamu ingin aku tidak terlihat seperti jatuh cinta padamu. Kamu mengaturku sesuai yang kamu mau. Hanya karena kamu tahu aku sangat mencintaimu, lalu kamu menginjak-injak perasaanku seakan mengerti bahwa aku tidak mampu melawan. Ingin rasanya aku menatapmu, dengan sisa-sisa air mata yang masih aku miliki, memberitahu seberapa dalam luka yang aku rasakan, agar kamu mulai berhenti menyakitiku.

Sayang, kamu tentu tidak akan mengerti seberapa dalam luka hati yang aku rasakan. Setiap pelukanmu, setiap kecupmu, setiap kata dari bibirmu, setiap ucapan cinta darimu, selalu berhasil membuatku memaafkanmu. Kamulah iblis yang terlihat malaikat di mataku. Kamulah penjahat yang aku bela mati-matian. Kamulah tersangka yang rela aku sembunyikan. Hingga pada akhirnya mungkin kekasihmu akan tahu dan menuduhku pecundang. Padahal, kamu tahu betul, siapa yang paling hiperaktif dalam perkenalan kita. Bukan aku. Bukan kamu. Tapi, takdir yang menggariskan kita untuk bertemu dan saling memandang. Apakah cinta tetap benar, jika dia datang di waktu yang tidak tepat?

Koko, kamu tahu seberapa besar perasaan yang aku miliki, kamu juga tahu siapa yang paling mencintaimu di sini. Lalu, jika kautahu cintaku lebih besar daripada cinta kekasihmu padamu, mengapa tetap harus aku yang mengalah? Jika kaumengerti perjuanganku untuk mempertahankanmu jauh lebih besar daripada perjuangan kekasihmu mempertahanmu, mengapa harus aku lagi yang kausembunyikan dari sorotan mata dunia? 

Yang membuat aku sedih bukan karena aku tidak memelukmu berhari-hari, namun yang membuatku sedih adalah mengapa aku tidak pernah diberi kesempatan untuk memperjuangkanmu lebih jauh lagi? Yang membuatku terluka bukan karena kamu lebih dulu punya kekasih, namun yang membuatku semakin terluka adalah kamu tidak pernah mengaku pada siapapun bahwa aku hadir dalam hidupmu. Aku tidak pernah bersedih terlalu banyak jika kita tak bertemu. Aku juga tidak marah jika harus kehilangan kamu terus. Namun, sadarkah kamu, ada perempuan yang selalu mengalah di sini, hanya untuk si tolol yang begitu dia cintai?

Beri aku kesempatan untuk berpindah, jika kamu tidak megharapkan aku dalam hidupmu. Jangan meminta aku tetap tinggal, jika pada akhirnya justru kamu yang meninggalkanku.


Untuk kamu yang menawarkan,
segala macam bualan,
yang kupikir cinta.

******

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

03 August 2016

Karena pelukmu selalu berhasil menenangkanku

Baca sebelumnya: Aku berharap Tuhan mengembalikanmu ke dalam pelukanku.

Pada jam hampir menyentuh empat pagi ini, tidak banyak yang bisa aku lakukan di sisa-sisa kekuatan aku mengerjakan novelku, selain membaca ulang percakapan kita di Whatsapp. Percakapan terakhir kita terjalin sepuluh hari yang lalu. Ini yang kubenci darimu, kamu selalu memintaku untuk menghubungiku lebih dulu, sedangkan sebagai perempuan-- aku lebih ingin dihubungi lebih dulu. Aku mencoba menguatkan diri, untuk pada akhirnya menghubungimu lebih dulu, betapa sulitnya untuk meredam gengsi agar bisa menghubungi, namun setelah aku lakukan itu, kamu tidak membalas apapun, dan hilang lagi selama sepuluh hari. Aku menyimpan tanya, lalu apa maumu kali ini setelah segala gengsi telah kubunuh hanya demi tetap memelukmu lewat tulisan?

Aku pernah bilang padamu, mengapa aku tidak boleh mengunduh aplikasi Telegram, yang pernah kauceritakan padaku itu. Karena begitu mudah memelukmu lewat tulisan di Telegram jika kutahu kamu membalas Whatsapp bisa begitu lama. Aku sering bertanya padamu, mengapa aku tidak boleh ikut permainan WereWolf di Telegram. Padahal, aku tahu betul konsep permainan itu, Koko Sayang, menebak siapa yang menjadi seringala yang telah membunuh seluruh penduduk desa. Aku pernah memainkan permainan itu di dunia nyata bersama teman-temanku, namun kamu hanya menggeleng pertanda tidak setuju jika aku ikut bermain WereWolf di Telegram. Saat aku menanyakan alasan, kamu selalu berkata, kamu ingin aku terlindungi dalam persembunyian kita. Aku hanya mengangguk setuju, bukankah sebagai yang disembunyikan, aku tidak boleh menuntut banyak?

Percakapan itu berakhir dengan pelukmu yang semakin erat. Kamu menceritakan apapun yang terjadi hari itu dan aku menceritakan bagaimana hari itu begitu menyenangkan karena aku berhasil menyelesaikan salah satu bab novelku. Kita berpelukan lekat sambil menunggu hujan reda, tidak ada yang bicara, hanya suara rintik hujan yang menyentuh atap. Aku tertidur di bahumu seakan tidak ada tempat yang lebih hangat selain bersandar di sana. Kamu punya daya dan upaya untuk membuat aku tenang. Kamu selalu tahu caranya mendiamkan iblis dalam diriku, itulah mengapa aku begitu jatuh cinta pada malaikat sepertimu, si malaikat berwajah iblis yang memegangi rokok dengan senyuman yang membunuh. Ah, aku rindu kamu.

Koko, sepuluh hari ini kamu pergi entah ke mana. Dan, sebagai yang kausembunyikan, aku hanya mampu menunggu tanpa meminta. Sebagai yang tak berhak, aku hanya bisa menyebut namamu dalam doa panjangku. Sebagai perempuan yang tahu diri, aku cukup paham bahwa sikapmu ini tentu karena tidak ingin diganggu. Bolehkah aku jujur, jika aku sangat rindu pelukmu dan hanya ingin mendengar suaramu yang hanya satu sentimeter dari telingaku? Kamu tahu betul, begitu mudah cara membahagiakan aku. Karena kamu paham, aku tidak akan bersungut memintamu menempuh jarak puluhan kilometer hanya untuk bertemu dan makan enak. Kamu tentu mengerti, aku tidak akan menuntut segalanya hanya agar kamu bisa membuatku bahagia, dengan memelukmu dan melihat asap rokokmu-- itu jauh dari kata cukup. Tidak sulit untuk membuat aku bahagia, Koko Sayang, tapi kamu menolak untuk melakukannya, seakan membuatku bahagia sesulit membuat seribu candi dalam satu malam.

Aku merindukanmu pelukmu dan merindukan suaramu, hanya itu yang aku tahu. Waktuku memang termakan untuk segala kewajiban, tapi kamu selalu hadir di sisa-sisa waktu yang aku miliki. Bukan, bukan berarti kamu nomor sekian, aku hanya menempatkanmu di tempat yang pantas untuk pria yang spesial, karena kamu pantas berada di sana. Tapi, mungkin, aku tidak pernah ada di mana-mana, pun di hatimu juga otakmu, itupun juga aku maklumi, tidak pernah ada tempat untuk yang disembunyikan. Aku begitu percaya bahwa tidak pernah ada tempat untukku, itupun aku percaya saat aku memutuskan berpisah denganmu, tapi setiap aku menyerah-- kamu selalu memberiku kekuatan yang salah, kekuatan yang selalu merasa yang kita lakukan ini benar, kekuatan yang membuat aku tidak menyalahkan siapapun juga tidak menyalahkan keadaan. Kamu selalu mampu memberiku rasa percaya, bahwa ada bahagia di ujung jalan sana, meskipun yang aku rasakan; kita hanya berjalan di tempat, tidak ke mana-mana.

Sayang, kamu tahu kita tidak berpindah ke mana-mana, yang kamu tahu aku hanya perempuan yang jelas tidak akan menuntut apa-apa selain pelukmu yang mampu menghangatkannya. Koko, kamu begitu paham, bahwa tidak akan ada kebahagiaan di antara kita, hanya kesenangan sesaat lalu kamu akan pergi tanpa jejak. Mungkin, bagimu, aku begitu lumrah untuk disakiti, lalu aku akan segera terobati dengan novel yang segera aku tulis setelah patah hati. Maaf, Sayang, kamu salah besar. Perempuan tidak bisa kamu samakan dengan logika yang kamu gunakan, logika laki-laki. Aku tidak pernah menyesal telah menjadi perempuan yang menggunakan perasaan dalam banyak hal, aku tidak pernah menyesal telah memelukmu, aku tidak menyesal pernah tertidur di pundakmu, aku tidak menyesal mendengar detak jantungmu yang memburu, aku tidak menyesal mengecupmu, aku tidak menyesal adanya cinta di antara kita. Tapi, ada satu hal yang aku sesali, mengapa ketika aku sudah memberikan segalanya, namun kamu hanya memberiku seperlunya.

Aku mencintaimu. Kamupun tahu itu. Namun, aku tidak akan jadi siapa-siapa bagimu. Kamupun tahu itu. Sebelum semua berakhir lagi dalam kata pisah, bisakah kita habiskan sisa waktu yang kita punya hanya untuk membuatku bahagia dengan pelukmu? Aku tidak tahu daya magis apa yang terkandung dalam pelukmu, di sana aku bisa menangis sejadi-jadinya, ataupun tertawa segila-gilanya. Hanya itu yang kurindukan, karena seperti yang aku bilang, aku tidak hendak memintamu menempuh jarak puluhan kilometer hanya untuk sebuah pertemuan nyata. 

Aku mencintaimu bagaimanapun dirimu. Aku tetap mencintaimu, meskipun tubuhmu berlumuran tepung seusai kamu meracik mie. Aku tetap mencintaimu, meskipun kamu menunjukan sebuah kitab suci yang kaubakar sambil tertawa. Aku tetap mencintaimu, walaupun kencan termewah yang pernah kita lakukan hanyalah makan Rice Bowl di Cibinong City Mall. Aku masih mencintaimu, meskipun berhari-hari kamu tidak menghubungiku lebih dulu. Aku sungguh mencintaimu, meskipun kamu selalu membuatku menunggu. 

Kamupun mencintaiku pasti karena penuh dasar. Kamu masih mencintaiku, mencintai kekuatan yang aku miliki untuk bersabar, bahkan saat puluhan temanmu mencaci aku dan melumuri aku dengan segala fitnah yang menyedihkan. Kamu mencintaiku karena aku tidak menuntut banyak hal darimu. Kamu mencintaiku karena suaraku selalu berhasil membuatmu tidur, terutama jika aku memperdayai kamu dengan lagu Somewhere Over The Rainbow atau lagu Raisa yang berjudul Kali Kedua. Kamu mencintaiku karena kita berbeda dalam segala, namun perbedaanku sepenuhnya mampu melengkapimu. Kamu mencintaiku, tentu karena aku hanya mampu menangis dalam pelukmu, ketika kamu berkata sudah punya kekasih. Kamu mungkin semakin mencintaiku di hari itu, saat berjam-jam aku hanya mampu menangis hingga mataku bengkak. Hari itu, mungkin duniamu menggelap, karena pada akhirnya kamu menyadari, ada orang yang sungguh mencintaimu, namun gadis itu datang di waktu yang salah.

Aku adalah kesalahan yang ingin terus kamu ulang. Sementara kamu adalah kesalahan yang tidak ragu aku buat berkali-kali. Kita punya banyak kesamaan juga perbedaan, tapi perasaan yang memenuhi kita berdua mampu mengubah segala ledakan menjadi paduan suara termerdu yang pernah kita dengar. Suaramu adalah nada sumbang kesukaanku, tetaplah begitu sampai Tuhan mengizinkan kita kembali bertemu.

Dan, di pukul empat pagi ini, sambil menunggu jam lima untuk lari pagi, aku masih menyimpan harap-- bahwa kamu akan tiba-tiba muncul di dekat rumahku, hanya untuk mengajakku makan bubur ayam; seperti sepuluh hari yang lalu. Kamu selalu tahu cara membuatku bahagia dan tersenyum, jadi plis jangan pakai anting putih di telinga kirimu, yang membuat aku marah sepanjang jalan saat kita mencari bubur ayam.

Terakhir. Aku mencintaimu. Hanya itu yang kutahu. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Tetap ikut aturan mainmu. Tetap bahagia dalam rahasia kita.


Untuk pria bermata sipit,
yang menyediakan "tempat persembunyian",
paling menyenangkan.

*****

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

26 July 2016

#NovelSpyInLove TERBIT! :)


Judul Buku: Spy In Love
Penulis: Dwitasari
Berdasarkan Skrip Film: Danial Rifki
Harga: Rp44.000
Penerbit: Bentang Pustaka
Bisa dibeli di Toko Buku: Gramedia, Togamas, TM Bookstore, dan Gunung Agung

"Maukah kamu jatuh cinta lagi, jika pernah merasakan yang namanya dikhianati?"

SINOPSIS BUKU "SPY IN LOVE" - Kau dan aku seharusnya satu. :) 

Hotel di tepi pantai Pulau Penang! Aku tak sabar memulai hidup baru bekerja di hotel impian. Ternyata Tuhan masih sayang kepadaku, setelah beberapa waktu lalu memberikan ujian yang kukira tak akan bisa terlewati. Eh, atau memang belum terlewati? Coba, siapa yang tidak putus asa jika ditinggal menikah kekasih dengan teman sendiri?

Dan, di sinilah aku sekarang. Berharap angin laut Penang bisa menerbangkan sisa patah hatiku. Tapi, belum apa-apa, aku sudah terlibat lagi dengan urusan laki-laki! Putra, lelaki itu sebenarnya menarik, tapi ia terus berada di dekatku seperti seorang penguntit. Ia juga sering memergokiku dalam keadaan yang memalukan. Apa yang diinginkannya dariku?

Ish, aku harus berhati-hati agar tidak selalu berurusan dengannya, apalagi sampai jatuh cinta. Eh, kenapa aku sampai berpikir begitu? Tidak, tidak! Ah, pokoknya aku tak mau jatuh untuk kali kedua!

CARA PEMESANAN ONLINE #NovelSpyInLove

1. ADD LINE: @mizanstore (pakai @) atau klik ini
2. Isi format pemesanan yang diberikan admin @mizanstore
3. Lakukan pembayaran bisa via transfer
4. Duduk manis dan tunggu bukunya sampai di rumah kamu.

Kamu juga bisa pesan bukunya di toko buku online di bawah ini:

1. Buku Kita
WA/SMS: 081285000570
Pemesanan via website, klik di sini

2. Buka Buku
SMS/WA: 08988899950
PIN BB: 53303675
LINE: bukabuku
Pemesanan via website, klik di sini

3. Teman Buku
WA/LINE: 085722096918
BBM: 7D1AD62E
Pemesanan via website, klik di sini

4. Kupu-kupu Buku
SMS/WA: 082126981310
BBM: 547A4DF4
Pemesanan via website, klik di sini


Terima kasih dan selamat berburu #NovelSpyInLove :) Buku terbatas dan jangan sampai kehabisan yap~ :*

23 July 2016

Aku berharap Tuhan mengembalikanmu ke dalam pelukanku

Baca sebelumnya: Aku sudah cukup bahagia menatapmu dari sini.

Aku duduk di kafe tempat pertama kali kita bertemu. Sambil memandangi hujan di langit Cibinong malam ini, aku turut menyelesaikan deadline untuk novel keduabelas yang berjudul Promise. Pemilik kafe tadi, yang temanmu itu, selalu bertanya mengapa aku tidak datang ke sini tanpamu. Dan, seperti biasa, aku hanya menjawab dengan senyum, berkata kalau kamu sedang sibuk. Namun, sampai kapan aku harus berbohong pada siapapun yang bertanya tentangmu? Haruskah aku berkata jujur bahwa kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar, setelah kita bertemu beberapa hari yang lalu, di hari ketika Portugal memenangkan EURO 2016. Haruskah aku berkata pada mereka, yang menanyakan kamu, bahwa aku tidak lagi mengetahui kabarmu, dan kita kembali jadi orang asing yang tidak saling kenal?

Aku sudah tahu ini akan terjadi. Saat aku menyapamu kembali, menanyakan apa oleh-oleh yang kauinginkan sepulang aku dari Jogjakarta. Kamu terlonjak bahagia, itu yang aku baca dari deretan chat kita. Aku bisa membaca kebahagiaan itu dari caramu menulis semua kalimat. Pada akhirnya, kita kembali bertukar sapa, setelah berbulan-bulan kita berpisah dan tidak lagi saling tahu kabar masing-masing. Kamu mau tahu apa yang terjadi saat itu? Pagi itu, setelah aku lari pagi di dekat Alun-alun Selatan, Keraton Jogjakarta, aku langsung bersiap menuju Dagadu. Aku memilih apapun yang pas untukmu, dengan harapan bahwa saat kita bertemu nanti, aku bisa melihat senyummu selebar mungkin.

Sepulang dari Jogjakarta, aku menikmati perjalanan selama dua puluh jam, sementara kamu menikmati EURO sampai tidak tidur. Sepanjang perjalanan, kita hanya menceritakan bagaimana pertandingan akan dimulai dengan seru, lalu kamu bercerita soal kekagumanmu pada Prancis, lalu kamu berbicara soal kemungkinan Portugal untuk menang, lalu kita berdua tenggelam dalam pembicaraan menyenangkan yang sama-sama kita rindukan. Aku menyimpan perasaan itu dalam-dalam, berbulan-bulan, andai kamu tahu, andai kamu mengerti.

Pada akhirnya, kita bertemu, dalam keadaan kita tidak tidur semalaman. Aku bisa membaca betapa kelelahannya matamu. Kamupun tentu mampu membaca betapa sayunya mataku, mata yang selalu sulit menyembunyikan perasaan rindu padamu. Kamu memelukku dengan pelukan takut kehilangan, pelukan yang aku rindukan selama berbulan-bulan. Aku memelukmu dengan pelukan menyadari bahwa kamu tidak akan mungkin aku miliki.

Wahai kamu, pria bermata sipit yang senyumnya selalu kukagumi, aku senang bisa kembali menghabiskan hari bersamamu. Aku senang melihatmu lahap memakan Domino's Pizaa yang aku belikan untukmu, yang aku belikan dengan cara memutar di Pemda Cibinong, begitu riuh dan macetnya, hanya untuk membawakanmu delapan potong pizza. Biarlah. Aku terlampau jatuh cinta. Dan, semua kelelahan itu bukan berarti apa-apa selama aku bisa bersamamu.

Kita melewati hari dengan candaan dan makian khas aku dan kamu. Kamu merangkulku dengan berani dan dengan senang hati membuatkanku es cappucino. Aku meminum minuman buatanmu sambil menatap matamu yang terus mengawasiku. Aku menawari es itu agar kauminum juga, tapi kamu menolak. Aku ulurkan tanganku untuk menyentuh pipimu, menyentuh dahimu, menyentuh bibirmu, dan menyentuh rambutmu. Betapa aku rindu menatapmu sedekat ini, selama berbulan-bulan kita tidak bertemu, dan bisa menyentuhmu sehangat ini adalah kebahagiaan yang sangat aku syukuri.

Siang berganti menjadi malam, mengapa setiap aku bersamamu, waktu terasa bergerak begitu cepat? Hujan turun lagi di langit Cibinong. Lalu, kita menunggu hujan reda. Tidak ada yang banyak kita lakukan selain aku menertawai candaan Sule di televisi dan kita hanya menikmati berita malam yang membicarakan kemenangan Portugal. Kamu berkali-kali menyentuh rambutku, lalu percakapan kita bergerak menuju bisnismu, teman-temanmu, duniamu, dan hari-harimua yang begitu menyenangkan. Kamu turut menceritakan hari-harimu yang menggelap tanpa kehadiranku. Apa yang bisa aku lakukan? Aku bersandar di bahumu dan memegang setiap jemarimu. Aku tahu karena aku akan selalu kehilangan kamu, maka aku harus mensyukuri setiap detik yang kita miliki, sebelum aku kembali mengikhlaskan kamu pergi.

Malam itu, hujan kelihatan sudah berhenti. Kamu mengenggam jemariku untuk menaiki sepeda motormu. Baru beberapa menit aku memelukmu di atas sepeda motor, hujan kembali turun lagi. Bukan hujan yang aku takutkan sebenarnya, namun aku merasa dejavu. Aku pernah merasakan hujan bersamamu ketika kamu mengantarkanku pulang. Saat itu, aku seakan bisa menebak apa yang akan terjadi lagi di setelah ini.

Aku turun dari sepeda motormu. Dan, kamu menatapku dengan tatapan hangat. Bajumu sangat basah, sama basahnya dengan bajuku. Kamu memelukku sesaat dan kemudian kamu berlalu dengan cepat. Kutatap punggungmu dari belakang, hingga sepeda motormu menjauh. Ada kekosongan dan kehampaan yang aku rasakan. Belum berapa detik berlalu, namun aku sudah merindukan pelukmu.

Ini terjadi beberapa bulan yang lalu, saat hujan itu, kamu mengantarku pulang ke rumah. Aku tidak tahan dengan puluhan cercaan yang mengatakan bahwa aku murahan, lalu aku tidak kuat, kemudian melepaskanmu pergi. Padahal, mati-matian kamu meminta agar tidak aku lepaskan. Aku memintamu pergi, namun aku menyesal karena hari-hari tanpamu adalah kesedihan yang menyebalkan. Dan, apa yang aku katakan dejavu itu kembali terulang. Aku pernah kehilangan kamu dalam keadaan seperti itu dan kemarin aku harus kembali kehilangan kamu lagi, kali ini-- tanpa sebab dan alasan.

Malam itu, aku menatap punggungmu yang menghilang dari pandangan. Seakan kamu ingin memberitahu, bahwa aku harus siap kehilangan kamu kapanpun itu. Kita saling tahu, bahwa di antara kita tidak akan ada yang bisa saling memiliki. Kamu tidak akan mampu memilikiku dan aku tidak akan bisa memilikimu. Kita sudah sepakat untuk ini bahwa aku dan kamu harus saling menyembunyikan. Tapi, bisakah kaumenahan diri dari kutukan cinta? Kamu tidak bisa memilih harus jatuh cinta dengan siapa. Cinta tidak pernah salah, tapi dia bisa datang terlambat.

Kamu selalu bilang bahwa aku datang ke hidupmu sangat terlambat, meskipun kamu sangat mencintaiku, namun bukan berarti kita bisa punya akhir menyatu. Malam itu, aku menatap punggungmu menjauh. Hujan turun semakin deras. Dan, aku lepaskan kamu dari pelukanku. Aku ikhlaskan kamu menuju peluknya. Sambil berharap kamu tahu, aku tetap akan menunggumu, meskipun aku tahu kekasihmu tidak akan melepaskanmu.

Aku tetap akan menunggu kamu kembali ke dalam pelukanku. Karena aku yakin, kamu selalu tahu, ke mana kauharus pulang.

Koko, aku rindu kamu,
Bisakah kamu buatkan aku semangkuk mie ayam,
untuk perempuan yang hanya menjatuhkan air matanya--
untukmu?

Baca lanjutannya di:

******

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

12 June 2016

Aku sudah cukup bahagia menatapmu dari sini

Baca Sebelumnya: Perasaan yang masih sama.

Aku benci mengingat bagaimana caramu tersenyum. Aku benci menyadari bahwa senyum itulah yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta dan terpana. Aku benci mengingat setiap lekuk wajahmu, bagaimana mata sipitmu, rahang bulatmu, dan bibirmu yang semakin menghitam karena rokok itu entah mengapa telah menjadi pemandangan favoritku. Aku benci menerima kenyataan bahwa hari ini, aku tidak lagi punya kesempatan untuk memandangimu.

Setelah aku memintamu pergi, tentu ada yang berbeda di sini. Kamu tidak tahu hari-hari penuh ketakutan yang aku lewati tanpa membaca pesan darimu. Kamu tidak mengerti hari-hari yang kurasa semakin sepi karena tidak lagi mendengar suaramu di ujung telepon. Kamu tidak paham betapa aku merindukan caramu memelukku, caramu merangkulku, caramu menenangkan bahwa dunia tidak akan meledak, dan aku percaya begitu saja pada kata-katamu seakan kamu telah membaca semua pertanda dalam hidupku.

Aku percaya begitu saja, saat kamu bilang cinta, dan mengajakku untuk menjadi yang kedua. Aku percaya begitu saja, ketika kamu membisikan cinta di telingaku, di hujan yang menderas sore itu, sambil memelukku dan meyakinkan diriku bahwa aku tidak akan pernah kehilangan kamu. Aku menerima begitu saja, ketika kamu mengutamakan kekasihmu, kemudian menomorduakan aku. Aku menurut begitu saja, ketika kamu menyembunyikan aku dari sorotan mata dunia, ketika kamu menyembunyikan aku dari sahabat-sahabatmu, pun saat pertemuan kita harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Aku percaya begitu saja, padamu, aku terlalu percaya padamu, terlalu jatuh cinta padamu-- dan di situlah masalahnya.

Aku percaya kamu akan membahagiakanku, dengan segala macam ketulusan, yang di mataku, pada awalnya adalah cinta. Aku percaya sepenuh hati, bahwa sebenarnya kamu hanya mencintaiku, namun kamu tidak mungkin meninggalkan kekasihmu karena hubungamu dengannya sudah lebih dulu adalah sebelum hubunganku denganmu. Aku percaya, semua rasa mengalah yang aku berikan, semua air mata yang terjatuh saat aku memelukmu dengan perasaan rindu itu, akan segera berganti menjadi kedamaian seutuhnya. Aku tidak tahu, mengapa aku percaya begitu saja, dalam dirimu, kulihat sosok yang sama dengan diriku, hanya saja kamu laki-laki dan aku perempuan. Aku jatuh cinta padamu karena aku merasa sedang mencintai diriku sendiri. Aku percaya padamu dan telah menjadikanmu separuh dari diriku, setelah memutuskan untuk meninggalkanmu, aku benar; memang pada akhirnya aku kehilangan setengah dari diriku. Aku kini menjalani hari, sebagai aku yang tidak utuh.

Sehari setelah memintamu pergi, masih kurasa ketidakyakinanku untuk meninggalkanmu. Hal itu pun masih terjadi, ketika seminggu kamu tidak lagi menghubungiku, ketika semua tentangmu telah kuhapus dari memori ponselku. Seringkali, terbesit dari pikiranku untuk memintamu kembali, tetapi aku pada akhirnya sadar diri, aku tidak bisa selalu berada di antara dua hati. Aku akan jadi pendosa paling bodoh jika menginginkan kamu mengakhiri hubunganmu dengan kekasihmu, demi memulai hidup baru bersamaku. Aku tidak sekuat itu dan aku tidak ingin sejahat itu.

Kamu ingat? Malam hari, pukul dua belas malam, ketika kita bertengkar hebat kala itu, kamu mengutarakan rasa kecewamu karena kamu merasa aku telah melanggar peraturan. Kamu merasa aku mulai berbahaya untukmu dan untuk hubunganmu dengan kekasihmu. Kamu bilang bahwa kamu tidak suka ketika kisah kita kutuangkan dalam semua tulisan di-blog-ku. Kamu marah ketika aku sepolos itu menceritakan rasa sakit hatiku dalam seluruh tulisan di sosial mediaku. Kamu memintaku menghentikan semua dan kita berjalan dengan alur serta peraturan yang kamu buat sendiri.

Kamu tahu, malam itu, aku membaca pesanmu dengan perasaan hancur. Hari itu, aku menyadari bahwa sebenarnya kamu tidak membutuhkanku lebih dari sekadar teman yang mengisi kekosonganmu. Malam itu, ketika kamu memintaku tidak lagi menulis tentangmu, aku menyadari bahwa cerita kita tidak akan tamat dengan akhir bahagia. Dan, kubalas pesanmu, dengan kejujuran yang aku simpan sendiri. Kujawab mengapa aku hanya berani menuangkan kesedihanku dalam semua tulisanku, karena aku tidak mungkin menceritakan sosokmu pada siapapun, karena aku tidak mungkin menceritakan betapa bahagianya mencintaimu pada sahabat-sahabatku. Mereka yang tahu, pasti menyuruhku untuk segera melepasmu pergi, sedangkan di titik itu, aku sedang dalam keadaan sangat mencintaimu.

Menulis tentangmu adalah caraku untuk menyembunyikanmu, sebenarnya. Hal itulah yang tidak kamu mengerti. Kamu terlalu takut kehilangan kekasihmu, hingga melarangku untuk melakukan segalanya yang kaurasa bisa membahayakan hubunganmu dengan kekasihmu. Kamu terlalu takut ditinggalkan kekasihmu, karena menurut pengamatanmu, kekasihmu telah mengendus apa saja yang telah terjadi dalam hubungan kita. Kamu terlalu percaya diri, bahwa anggapan aku mulai berbahaya buatmu adalah anggapan yang benar. Kamu terlalu takut kehilangan kekasihmu, tapi kamu tidak pernah terlalu takut untuk kehilangan aku.

Karena bagimu, untuk mendapatkan perempuan sepertiku, bisa kamu lakukan dengan jentikan jari. Karena bagimu, untuk mendapatkan teman senang-senang, yang bisa kaupeluk dan kaurangkul, bukanlah hal yang sulit dilakukan. Sayangnya, aku terlalu bodoh menyadari di awal. Aku tidak bisa sejahat untuk menganggapmu hanya sekadar teman senang-senang. Aku tidak bisa untuk tidak melibatkan perasaan dalam hubungan kita. Apalagi di dukung oleh caramu yang serius menatapku, caramu berkata cinta padaku, caramu memelukku dengan pelukan tidak ingin kehilangan.

Aku tidak bisa menjadi jahat ketika aku jatuh cinta padamu, meskipun dari awal kamu telah begitu jahat untuk menjadikanku, bahkan memintaku jadi yang kedua. Namun, sebenarnya, saat aku mengiyakan ingin dijadikan yang kedua, hari itu juga sebenarnya aku sudah menjadi setan jahat, yang cepat atau lambat akan menyakiti kekasihmu. Hari itu, aku berpikir, sah-sah saja menjadi yang kedua, karena kekasihmu tidak bisa menyediakan waktunya bahkan hanya untuk mengingatkanmu agar tidak telat makan.

Rasa takut untuk terus menjadi jahat telah membayang-bayangiku. Aku bahkan ingin sepenuhnya memilikimu, aku bahkan tidak ingin pelukmu kauberikan untuk wanita lain, aku bahkan ingin meraup habis seluruh waktumu agar aku bisa menjadi duniamu. Aku menyerah menjadi orang jahat, karena berjalan dalam ketakutan akan kehilanganmu setiap saat bukanlah hari-hari yang menyenangkan untuk dijalani.

Aku memilih mengakhiri, melepaskanmu pergi, dan hidup dengan rasa sakit hatiku sendiri. Malam hari, ketika aku memintamu pergi, kamu berkata bahwa tidak hanya aku yang terluka, tetapi kamupun merasakan luka yang sama. Aku yakin, itu hanyalah kalimat penghiburan semata, karena kamupun juga kaget ketika tahu ternyata aku punya kekuatan sebesar itu untuk meninggalkanmu. Kamu tentu begitu percaya diri bahwa aku tidak akan memintamu pergi dan bertahan menjadi yang kedua. Tapi, wahai Sayangku-yang-aku-cintai-karena-kelemahanmu-itu, aku ingin memberitahu padamu, rasa memiliki dirimu kian hari kian besar, rasa ingin menghancurkan hubunganmu dan kekasihmu semakin tergambar jelas di otakku, iblis dalam diriku kian menguat dan bertumbuh. Kita mengawali semua dengan buruk, dan inilah saatnya aku mengakhiri semua dengan baik.

Melepaskanmu pergi adalah keputusan yang kupilih. Kamu berkata tidak hanya aku yang terluka, tapi kamupun juga terluka. Namun, nyatanya, perkataanmu tidak terbukti sama sekali. Kamu tetap bahagia dengan kekasihmu dan bisa menganggap aku tidak pernah ada dalam hidupmu. Tapi, aku berjalan sendirian, meninggalkan kamu yang di belakang, dan kembali menata hatiku yang telah kauhancurkan. Jadi, aku tidak perlu berpanjang lebar, siapa yang sebenarnya paling sakit di sini.

Aku tidak ingin menjadi jahat lagi. Karena aku cukup bahagia menjadi aku yang sekarang. Aku sudah cukup bahagia, melihatmu tetap bahagia bersama kekasihmu, dan tidak lagi membutuhkan pelukku. Aku sudah cukup bahagia hanya dengan menatapmu dari jauh. Aku sudah cukup bahagia merawat luka dengan tanganku sendiri.

Aku percaya, Tuhan akan menyembuhkanku. Aku percaya, waktu akan memperbaiki semua. Kamu tentu penasaran mengapa dulu aku bersedia dijadikan yang kedua. Alasan terkuat yang membuatku ingin menjadi kekasihmu adalah karena aku ingin mengenalkan betapa Tuhan menyediakan keajaiban lebih dari apa yang bisa kamu miliki hari ini. Aku terheran-heran saat kamu telah menjalani hubungan bertahun-tahun dengan kekasihmu dan dia tidak mengenalkan agama padamu. Aku terheran saat aku mengajakmu berdoa, saat itu kamu malah menyemburkan seluruh asap rokokmu ke wajahku, dan mengejekku ketika aku selesai berdoa.

Alasan terkuat untuk bersamamu adalah aku ingin mengajakmu pulang, tapi aku tidak bisa memaksa orang yang sudah terlalu jauh pergi untuk kembali ke ke rumah yang harusnya dia tempati. Jika bagimu kekasihmu adalah jalan pulang yang tepat, silakan lakukan dan jalani sebisamu, sebelum pada akhirnya kamu menyadari-- aku adalah jalan pulang yang harusnya sejak dulu kamu ikuti.

Nikmati rumahmu hari ini, sebelum pada akhirnya kamu menyesal dan menyadari, bahwa hanya aku rumahmu untuk kembali.

Dari perempuan,
yang mencintaimu,
dan selalu takut kehilangan kamu.

Baca lanjutannya:

******

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

28 May 2016

Perasaan yang masih sama

Baca sebelumnya: Akhir yang aku harapkan dari kisah kita.

Aku memasuki gang rumahku sambil memandangi kendaranmu yang perlahan menjauh. Baru beberapa detik kamu pergi, namun rasa rindu di hatiku kembali membesar lagi. Sejak siang tadi, aku makin sadar bahwa ini perasaan cinta. Saat menatap matamu yang bisa dibilang hanya segaris itu, entah mengapa aku menemukan keteduhan di sana. Matamu selalu berhasil membuatku rindu. Matamu selalu berhasil membawaku pulang. Matamu selalu berhasil membuat aku tidak sabar untuk pertemuan kita berikutnya.

Di langit Cibinong siang itu, seusai menjalani kelas Yoga, kita berjanji bertemu di salah satu rumah makan di Cibinong City Mall. Aku menjumpaimu duduk di ujung jendela, menatap ke luar jalanan. Mungkin, kamu menatap ke gapura bertuliskan "Selamat Datang Di Kabupaten Bogor" yang menjadi pemandangan di luar restoran kita. Segera aku duduk di depanmu dan menatapmu dengan tatapan mendalam. Aku sangat merindukanmu setelah empat hari kita tidak bertemu. Ternyata, kita memang butuh jarak dan waktu, untuk menjaga dan mencari tahu, siapa yang paling tidak tahan untuk mengusahakan sebuah pertemuan. Dan, ya, kamu selalu kalah. Selalu kamu yang meminta sebuah pertemuan. Dengan begini, kamu akan tahu, perempuan adalah mahluk paling gengsi nomor satu. Perempuan adalah mahluk yang tidak ingin memulai segalanya lebih dulu. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, sebenarnya dia ingin menatapmu, memelukmu, mencubitmu, mengecupmu, dan turut membebaskan kekangan rindu di dadanya. Kamu selalu kalah untuk tidak mengajakku bertemu lebih dulu, sementara aku selalu kalah untuk tidak menunjukan betapa aku rindu kamu dan ingin menghabiskan sisa waktu kita sambil menatap dan merangkulmu.

Seusai menyatap makanan berdua, kamu menggenggam jemariku dan mengajakku ke Gramedia di lantai atas. Aku tidak mengerti maksud dan tujuanmu, jadi aku menurut saja ketika kamu membawa tas fitness-ku yang berat itu, dan mengikuti langkah kakimu. Saat itu, kamu memperlakukanku layaknya kekasih. Kamu cukup membuatku melayang dengan caramu merangkulku, mengenggam jemariku, dan berkali-kali berbisik betapa kamu mencintai aku. Aku menaiki eskalator sambil tertawa ke arahmu, tidak berani aku memberi respon berlebih, karena aku tahu betul kita bukan sepasang kekasih, dan aku cukup sadar diri jika aku berharap lebih maka hanya berujung pada rasa sakit hati. Aku sudah jatuh cinta padamu dan caramu memperlakukanku seperti siang tadi bisa saja membuatku semakin mencintaimu dan semakin takut kehilangan kamu.

Sesampainya di Gramedia, kamu masih memegang pinggulku, dan meliak-liuk di antara rak buku. Dengan cepat, kamu mencari-cari semua rak yang berisi bukuku. Kamu tertawa manis sambil menunjuk-nunjuk bukuku. Kamu makin tergelak ketika ada orang yang membeli bukuku, sementara orang itu tidak tahu penulisnya ada di depan rak buku tersebut. Aku segera menarik kamu pergi karena bisa saja kamu bisa lebih aneh daripada tadi. Sedikit sikap bodohmu itu cukup membuatku gemas. Andai aku bisa mencubit dan meraih pipimu kala itu, andai aku bisa mencuri waktu untuk sesekali mengecup pipimu, sayangnya-- aku bukan kekasihmu. Aku cukup bisa tertawa dalam hati, membayangkan segala mimpi yang sudah kubangun di kepalaku bisa segera aku wujudkan bersamamu.

Hari ini, tidak ada kesedihan yang berlebihan. Aku hanya ingin menikmati hari tanpa mengingat seberapa jauh kamu sudah menyakitiku. Bagiku, tetap berada di sisimu dan tetap bisa merasakan pelukmu sudah lebih dari cukup. Kamu sudah memenuhi ruang kosong di hatiku, sudah miliki seluruh rasa cintaku, sayangnya mungkin aku tidak punya ruang di hatimu dan rasa cintamu tidak hanya sepenuhnya untukmu. 

Di atas sepeda motormu, aku memelukmu seakan waktu berjam-jam yang telah kita lewati masih belum cukup untuk menuntaskan perasaan rinduku. Langit Cibinong malam ini seperti memberikan isyarat bahwa hujan segera turun. Tidak ada bintang dan hanya ada udara dingin yang menyeruak. Sambil memperhatikan atraksi kuda lumping di lampu merah, kamu terus menerus memanggil namaku, dan mengucapkan kata-kata cinta yang semakin membuat aku bertanya. Jika kita memang saling jatuh cinta, mengapa tidak kita akhiri saja semua dengan status yang jauh lebih jelas. Ingin rasanya aku berteriak itu di telingamu, tapi tidak mungkin karena aku tahu betul kekasihmu tidak akan melepaskanmu pergi begitu saja.

Aku tahu betul ini bodoh. Aku tahu betul memeluk dan merangkulmu adalah suatu kesalahan. Aku juga tahu mungkin hubungan kita tidak akan berakhir dalam kebahagiaan. Tapi, biarlah aku habiskan sisa-sisa waktuku bersamamu karena aku paham ini tidak akan berjalan lama. Semua orang akan mudah menyalahkan kita tanpa mereka tahu seberapa jauh kita telah berjuang. Aku dan kamu tidak bisa melawan pada cinta yang bisa saja datang tidak tepat waktu. Kita jatuh cinta di waktu yang salah, sementara aku dan kamu tidak tahu caranya untuk berhenti serta mengendalikan diri.

Aku tahu betul ini bodoh, tapi biarkan aku dan kamu habiskan sisa waktu kebersamaan kita, karena saat waktu itu tiba-- aku dan kamu akan kembali menjadi dua orang asing yang tidak saling kenal. Biarkan aku menikmati sisa-sisa waktu kebahagiaan bersamamu, sebelum semua orang menyuruh kita mengakhiri ini semua, kemudian perpisahan dengan segera menjadikan kita kembali tak kenal. Biarkan aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang kita miliki ini, dengan kebahagiaan, bukan dengan kesedihan. Kesedihan punya porsinya sendiri dan aku tahu semua kesedihan itu akan dimulai ketika aku pada akhirnya harus melepaskanmu pergi.

Sebelum kamu pergi, biarkan aku bisa meninggalkan kesan, setidaknya di ingatanmu. Bahwa ada seseorang yang menjaga perasaannya, yang tidak mengubah perasaannya, ketika dia tahu kamu tidak bisa dimiliki oleh dia satu-satunya. Sebelum ini semua berakhir, aku hanya ingin membuatmu paham, mungkin saja perasaan yang aku miliki masih sama, bahkan ketika kamu menjauh dan menganggapku tidak pernah jadi bagian dalam hidupmu.

Semua waktu-waktu sedih itu akan datang. Jadi, dalam sisa waktu kita yang sebentar, aku hanya ingin membuatmu mengerti, perempuan yang paling mencintaimu sebenarnya adalah perempuan yang tidak memaksakan kehendaknya untuk memilikimu. Justru, dia yang paling mencintaimu adalah dia yang membiarkanmu terbang mengejar impian yang kauanggap benar, sambil bersabar menunggumu pulang.

Aku akan tetap jadi perempuan yang menunggumu pulang. Dengan perasaan yang tentu saja masih sama di dadaku.


Harusnya kamu sudah tahu itu,
bahkan sejak pertama kali kulihat matamu,
bahkan sejak pertama kali kubilang;
bahwa saat ini aku hanya mencintaimu.

Baca lanjutannya:
Aku sudah cukup bahagia menatapmu dari sini

******

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

Akhir yang aku harapkan dari kisah kita

Baca sebelumnya: Salahkah Jika Aku Berharap Kamu Kembali?

Aku memandangi wajahmu dengan rasa rindu yang mungkin hanya aku dan Tuhan pahami. Kamu yang sejak tadi kupandangi hanya tersenyum jahil berharap pandanganku tidak lagi mengarah padamu. Dalam hitungan jam, kita sudah berbincang banyak hal, namun mengapa aku masih belum bosan untuk mengalihkan padanganku kepada yang lain? Berhari-hari, aku tidak menatapmu, rasanya dua hari saja tidak memandangimu cukup membuat rasa rinduku menderas seperti hujan di langit Cibinong sore itu.

Aku tidak bisa berbohong bahwa aku semakin mencintaimu. Aku semakin jatuh cinta pada caramu memandangiku, caramu memelukku, caramu merangkul bahuku, caramu membisikan kata-kata manis di telingaku, caramu menggenggam jemariku, caramu memanggil namaku, dan cara-cara lain yang kaulakukan-- yang selalu berhasil membuatku bahagia. Aku tidak bisa berbohong bahwa hanya chat darimulah yang aku tunggu. Kamu adalah notifikasi favoritku. Kamu adalah suntikan keajaiban yang membuatku selalu bahagia menatap layar ponselku. Ketika namamu tertera di sana, cepat-cepat aku membalas, dan berharap balasan darimu juga segera masuk. Hingga hari ini, hanyalah kamu yang kunanti, tapi aku cukup sadar diri bahwa kebahagiaan ini mungkin saja segera berakhir.

Aku cukup sadar diri bahwa kamu tidak akan mungkin bisa aku miliki. Aku cukup tahu bahwa aku dan kamu bisa saja segera berakhir, tanpa alasan dan penjelasan, tanpa ucapan perpisahan. Aku cukup paham bahwa kamu bukan seutuhnya milikku karena keberasamaan kita memang hanyalah kebahagiaan sesaat yang akan segera hilang dengan pergantian musim atau bahkan bulan. Aku tahu ini semua akan segera berakhir bahkan sebelum kamu benar-benar mengerti seberapa dalam perasaanku. Aku juga tahu hubungan kita otomatis akan berakhir, bisa saja berakhir kapan pun, karena aku tahu di mana posisiku berdiri saat ini.

Semua tentang akhir. Mungkin, kebahagiaan tidak akan pernah jadi milik kita dalam jangka panjang. Maka, kubiarkan kamu memelukku dengan erat, sebelum kita benar-benar berpisah. Kubiarkan kamu tetap berbisik sambil memanggil namaku dengan lembut karena mungkin ini bisa saja pertemuan terakhir kita. Kamu juga tahu, hubungan kita penuh banyak kejutan, kita tidak akan pernah tahu kapan hadirnya perpisahan, yang aku dan kamu tahu adalah bahwa kita masih punya waktu untuk menikmati sisa-sisa waktu yang kita berdua miliki.

Seringkali, di tengah-tengah pelukmu, kamu menceritakan tentang kekasihmu. Saat itu, mungkin kamu tidak memikirkan betapa sesaknya dadaku, betapa sesaknya menerika kenyataan bahwa mungkin aku hanyalah pelarian untuk menghilangkan kebosanan. Ketika kamu menceritakan tentang kekasihmu, aku memilih mendengarkan dengan baik, sambil menatap matamu dalam-dalam, berusaha mencari kesungguhan dalam mata itu, berusaha menjawab pertanyaan; adakah aku dalam mata dan hatimu? Apa yang aku temukan? Aku juga menemukan diriku dalam matamu. Aku menemukan sosok bayanganmu dalam matamu. Tapi, bayangan itu menghilang, memudar, seakan sebuah isyarat bahwa kesalahan ini harus segera kita akhiri.

Kamu selalu begitu. Membawa amarah, api, dan tangismu, ke dalam bahuku. Kamu pasti begitu. Melarikan segara marah dan kesalmu, mengarahkan cerita sebalmu tentang kekasihmu, dan menumpahkan segalanya padaku. Lalu, ketika aku berhasil memandamkan apimu, kamu akan dengan setia berbalik arah. Setelah aku berhasil sembuhkan lukamu, kamu dengan cepat pergi meninggalkanku. Jelas, ini sangat tidak adil bagiku, bagi orang yang juga mencintaimu. Tidak bisakah kamu tinggal lebih lama lagi dan memelukku lebih hangat sekali lagi? Karena aku bosan menunggu di beranda rumah, berharap kamu pulang setelah lelah berperang, dan mengingat bahwa masih ada orang yang menunggumu datang masuk ke dalam peluknya.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Apakah aku harus lari atau aku cukup diam saja dan menganggap semua tidak pernah terjadi? Apakah aku harus bersikap biasa saja, tetap mencintaimu seperti kemarin-kemarin, dan menganggap pelukmu serta ucapan cintamu bukanlah bualan? Aku tahu ucapan cintamu tidak pernah berbohong. Aku tahu betul, matamu tidak akan berhasil membohongiku. Tapi, yang selalu menjadi pertanyaanku adalah jika kamu mencintaiku mengapa kamu tidak membiarkan dirimu hanya dimiliki oleh satu hati?

Aku tidak tahu siapa pemilik hatimu yang sesungguhnya. Yang aku tahu, kamu hanyalah pria biasa, yang tidak mencintai sisi malaikat dalam diriku, justru kamu mencintai iblis dalam diriku. Kamu mencintai keliaranku, kamu mencintai cara berpikirku yang berbeda dari yang lainnya, kamu mencintai caraku melanggar segala macam peraturan demi memperjuangkan yang aku anggap benar, kamu mencintai sisi gelapku, kamu mencintaiku dalam keremangan yang menghangatkan. Yang aku suka darimu, kamu tidak sedang memaksa aku untuk memiliki sikap yang sangat malaikat, kamu justru membisikan hal-hal menyejukan yang selalu berhasil mendiamkan iblis jahat dalam diriku.

Kita sama-sama hadir dari kegelapan. Kita sama-sama gelap. Dan, percayakah kamu bahwa semua gelap akan menemukan terang di ujung jalan?

Aku ingin ke ujung jalan. Bersamamu.

Untuk pria yang belum percaya,
bahwa jalan pulang terdekat,
selalu lebih baik,
daripada jalan pulang terjauh.

Baca lanjutannya di:
Perasaan yang masih sama

******

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

24 May 2016

Salahkah Jika Aku Berharap Kamu Kembali?

"Kamu pergi ketika saya sudah sangat nyaman bersamamu. Kamu lari ketika saya sudah sangat mencintamu. Kamu menghilang tanpa bilang-bilang, sementara aku yang terlanjur mencintaimu hanya bisa berharap Tuhan membuatmu sadar. Bahwa di sini, ada aku, yang mendoakanmu tanpa henti." - @dwitasaridwita


Aku duduk di kafe tempat pertama kali kita bertemu. Kafe yang kautunjukan untukku sebagai tempat menulis yang menyenangkan di sekitar tempatku dan tempatmu. Di langit Cibinong yang sedang hujan deras, aku meneguk lychee tea yang dingin. Ada kehampaan di sini yang aku rasakan karena tidak ada kamu yang duduk di sampingku. Dan, suara Marcell, tidak menjadi penenang bagiku. Lagu Firasat mengalun di telinga, menjalar ke hatiku, kemudian membuat dadaku sesak.

Aku ingat saat pertama kali bertemu denganmu di sini, setelah puluhan kali kamu memintaku bertemu, dan aku terus menolaknya. Hari itu, kutemukan dirimu yang sedang merokok di dekat meja kasir. Aku menghampirimu dan menyalami tanganmu. Saat itu, mata kita bertemu, dan bolehkah aku mengaku, hari itu-- aku sudah jatuh cinta padamu. Kita berbicara seakan tidak akan pernah kehabisan bahan celotehan. Aku langsung jatuh cinta pada caramu tersenyum, pada suara tawamu, pada caramu memanggil namaku, pada asap rokokmu yang membumbung di udara, dan pada caramu menatapku.

Setelah hari itu, kamu menjelma menjadi pria yang pesannya selalu aku tunggu. Aku menunggu kesibukanmu usai agar malam hari kita bisa berkomunikasi, agar bisa kudengar suaramu dari ujung telepon, dan agar rasa rindu yang penuh di dadaku bisa sedikit mengecil atau mereda. Tapi, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merindukanmu. Rasa itu semakin membungkamku ketika aku harus mengisi workshop penulisan novel di Bangkalan, Madura. Kamu terus memantauku di tengah kesibukanmu. Kamu mengirimku sebuah nyanyian melalui voice note. Meskipun saat itu berada sangat jauh denganmu, namun kurasakan napas dan dirimu selalu mengikutiku.

Sepulang dari Bangkalan, Madura, kita memutuskan untuk kembali bertemu pada pertemuan kedua. Aku membawa rasa rindu yang menggebu di dadaku, tetapi kamu ternyata membawa kabar buruk untukku. Di tengah rangkul pelukmu yang hangat, kamu akhirnya mengaku bahwa kamu sangat mencintaiku. Dengan anggukan bahagia, aku menatapmu terharu, kamu mengecup keningku. Kebahagiaanku merangkak naik menuju level tertinggi. Beberapa detik kemudian, kamu mulai menceritakan kisah hidupmu, hingga pada kisah bahwa sebenarnya kamu telah memiliki kekasih terlebih dahulu sebelum mengenalku. Tahukah kamu apa yang kurasakan saat itu? Rasanya aku ingin meledak, melepas pelukmu, dan aku merasa marah pada diriku sendiri.

Selama kedekatan kita, kamu memang tidak memberi status hubungan apapun. Aku pun tidak memaksakan agar kita segera memiliki status, tapi mengapa aku marah ketika tahu kamu sudah bersama yang lain? Aku menatap matamu dengan mataku yang berair. Kamu menangkap kesedihan itu dan segera memelukku dengan erat. Namun, mengapa aku tidak bisa melepaskan pelukmu yang erat itu? Peluk yang bukan hakku, peluk yang bukan milikku. Dalam pelukmu, aku menangis sejadi-jadinya. Rasanya sangat tidak adil, aku sedang berada di puncak sangat mencintaimu, dan kenyataan yang kaubicarakan itu benar-benar telah menghancurkan mimpi-mimpi megah yang telah aku bangun.

Aku sudah membayangkan suatu hari akan mengenalkanmu pada ibuku. Aku sudah berharap bisa membawamu serta ke dalam workshop-workshop menulis novel di sekitar Jakarta. Aku sudah membayangkan bahagianya bisa berada dalam status hubungan yang spesial bersamamu. Aku membayangkan setiap hari berpeluk denganmu di tengah kesibukan kita berdua. Kamu sudah membuatku terbiasa dengan pelukmu, dengan hangatnya kecupmu, dengan rasa humoris yang selalu kautunjukan padaku, dengan keliaran menyenangkan yang hanya kita ketahui berdua, dengan segala hal bodoh yang membuat aku bisa menjadi diriku sendiri ketika bersamamu, namun mengapa kaujustru pergi ketika kamu telah membuatku sangat terbiasa pada kebahagiaan akan hadirmu?

Hingga hari ini, aku masih merasa semua tidak adil. Kamu bilang kamu sangat mencintaiku, tapi semalam kamu menginginkan hubungan kita segera berakhir. Dengan alasan kamu tidak ingin membohongiku dan menyakitiku terlalu jauh. Tapi, sebagai yang bukan siapa-siapa, memang aku tidak berhak melarang apa-apa. Bagaimana mungkin aku begitu mudah terjebak pada segala perlakuan manismu, ketika aku pada akhirnya tahu-- kamu sudah lebih dulu memiliki kekasih yang lain. 

Andai kautahu, aku masih mencintaimu sedalam ketika kita pertama kali bertemu. Aku masih mencintaimu, sekuat ketika pertama kali kamu mengecup keningku. Aku masih mencintaimu, semagis ketika pertama kali kausebutkan namamu. Aku masih mencintaimu, seperti pertama kali pelukmu benar-benar menghangatkanku. Aku masih mencintaimu, bahkan ketika kamu memilih pergi dari hidupku dengan alasan yang tidak aku pahami sama sekali, dengan alasan klise yang sulit kuterima dengan logika.

Aku merasa sangat kehilangan, meskipun mungkin kamu tidak merasakan apa-apa. Aku merasa takut kehilangan, meskipun kamu bukan milikku. Aku merasa kehilangan, kehilangan harapan yang telah susah payah kubangun untukmu. 

Kembalilah padaku ketika kamu bosan dengan kekasihmu. Aku akan tetap sebodoh itu, mencintaimu tanpa mengemis status dan kejelasan hubungan kita. Kembalilah padaku, jika dia tidak bisa memberikan kebahagiaan dan peluk yang cukup hangat untukmu. Aku akan tetap jadi gadis yang bodoh, yang merindukanmu dalam diam dan kesunyian. Kembalilah padaku, jika kekasihmu tidak bisa menjaga perasaanmu. Karena aku akan tetap di sini, tetap menunggumu di belakang sini, tetap menjadi Dwita yang tolol-- yang menunggu kamu pulang.


Untukmu,
yang tidak akan pernah tahu,
dan tidak akan mau tahu,
siapa yang paling tersiksa,
dalam hubungan ini.

Baca lanjutannya di:
Akhir yang aku harapkan dari kisah kita


******

Sudah punya buku Dwitasari yang judulnya apa saja? Yuk, baca informasi buku Dwitasari di sini :)

28 April 2016

BELI NOVEL DWITASARI DI SINI! :)

Halo, terima kasih untuk apresiasi teman-teman telah membaca semua karya aku di dunia maya. Sejak 2012, aku mulai menulis novel dan karya-karya aku diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka, Loveable, dan Bukune. Buku-buku aku yang telah terbit bisa kamu cek di bawah ini, ya :)


1. RAKSASA DARI JOGJA (Plotpoint, Bentang Pustaka, 2012)
- TELAH DIFILMKAN STARVISION -

Kisah ini bercerita tentang sosok Bianca, perempuan yang mengalami broken home. Melihat pertengkaran ayah dan ibunya itu, Bianca tumbuh menjadi gadis yang tak lagi percaya cinta. Apalagi sahabatnya sendiri bernama Letisha, merebut cinta pertama Bianca yang bernama Joshua. Di tengah pertengkaran ayah dan ibunya dan kalutnya patah hati karena cinta pertamanya direbut sahabatnya sendiri, dia memutuskan melanjutkan pendidikan kuliah di Jogjakarta. Di Jogja, dia bertemu dengan pria bertinggi badan 196 sentimeter yang mengidap penyakit gigantisme. Akankah Gabriel menjadi sosok yang kembali membuat Bianca jatuh cinta? Buku ini sudah difilmkan oleh STARVISION dengan judul yang sama :)


2. CERITA CINTA KITA (Plotpoint, Bentang Pustaka, 2013)

Sebuah kota mampu mematahkan hatimu, tapi juga mampu melahirkan cinta untukmu. Sebelas cerita ini berkisah tentang cinta yang lahir dan tumbuh, hidup dan kandas, di berbagai kota di Indonesia. Kisah-kisah ini dimulai dari hal kecil yang kadang terlewat dari keseharian kota. Cinta dari dejavu, prasangka di bawah panasnya matahari, perjalanan meniti ribuan anak tangga, perihnya senja terakhir, pandangan pertama di festival tahunan, pencarian pintu misteri, petikan gitar saat hujan rintik, memori masa kecil dari kebun apel, kisah sepatu lusuh, rasa takut merasakan kecupan pertama, dan seorang gadis yang berlari mengejar cintanya di sepanjang Jembatan Ampera. Ini adalah kisah dari 10 penulis pemenang kompetisi #CeritaCintaKota bersama penulis buku best seller “Raksasa dari Jogja” Dwitasari. Ini adalah kisah kota dan mereka yang tumbuh bersamanya. Tulisan aku di sini yang pembaca aku bilang baper banget adalah yang judulnya "Sepatu".


3. CERITA HOROR KOTA (Plotpoint, Bentang Pustaka, 2013)

Rasa takut tak harus membuat ciut. Cerita-cerita horor dalam buku ini justru merekatkan hubungan antarpenghuni sebuah kota. Simak bersama, nikmati di tengah kehangatan. Sebab, cerita horor, seperti halnya cerita cinta, adalah bagian tak terpisahkan dari denyut nadi sebuah kota. Simak sebelas cerita dari sembilan kota di Indonesia ini: penyamaran di sebuah museum, kehilangan teman-teman dalam sebuah pendakian, pembalasan dendam yang kebablasan, hujan panas yang memancing keluarnya makhluk bukan manusia, pembuatan vaksin yang berujung dengan pembunuhan berantai, pekerjaan kelompok hingga petang di sekolah, penyerangan terhadap seorang penjaga makam, kunjungan pewaris takhta perusahaan ke daerah pelosok, imbalan sebuah ilmu pesugihan, desa gaib di tengah hutan, dan kebun anggrek cantik, namun misterius, yang butuh perawatan. Ini adalah kisah dari sepuluh penulis pemenang kompetisi #CeritaHororKota bersama penulis buku bestseller Raksasa dari Jogja Dwitasari. Peringatan: Sebaiknya kamu tidak membacanya sendirian! Buat kamu yang penasaran dan bertanya apakah seorang penulis cinta seperti aku bisa menulis tulisan horor? Temukan jawabannya di buku ini, dalam tulisanku yang berjudul "Menjemput Leva".


4. JODOH AKAN BERTEMU (Loveable, 2013)

Menurut kamu, apa arti jodoh yang sesungguhnya? Apakah dia yang kamu perjuangkan mati-matian atau dia yang ternyata ada di depan matamu namun perjuangan dan cintanya tidak pernah kamu lihat apalagi kamu hargai? Di buku ini, melalui tulisan-tulisan Dwitasari yang ajaib, kamu akan diberitahu cara memahami jodoh yang sesungguhnya. Buku ini cocok banget buat kamu yang habis patah hati dan siap-siap untuk move on dan jatuh cinta lagi! :) Novel ini segera difilmkan oleh Screenplay yang telah memproduksi film Magic Hour, London Love Story, dan I Love You From 3600 Feet. Kebayang nggak film ini bakalan sebaper dan sekeren apa? :'D


5. JATUH CINTA DIAM-DIAM (Plotpoint, Bentang Pustaka, 2014)
- SEGERA DIBUAT SERIES -

Buku ini berisi 14 cerita pendek, yang diterbitkan pada tahun 2014, pada Februari tanggal 14. Buku ini berhasil membuat ribuan orang menangis haru, tersenyum malu, tertawa, sekaligus kesal. Buku ini langsung masuk cetakan kedua padahal baru satu minggu terbit! Buku ini berkisah tentang orang-orang yang jatuh cinta diam-diam, yang selalu memendam perasaannya, yang mencintai seseorang tanpa berani mengungkapkan. Kamu sedang jatuh cinta diam-diam? Kamu wajib baca buku ini! Buku ini telah dicetak ulang sebanyak SEPULUH kali dan SEGERA DIFILMKAN oleh Visinema. :)


6. KEKASIH TERBAIK (Loveable, 2014)

Pernah punya kekasih terbaik yang menurutmu terbaik namun dia tidak pernah menganggap kamu yang terbaik? Pernah mencintai seseorang, memperjuangkan dia mati-matian, namun ternyata dia malah memperjuangkan orang lain? Buku ini berisi kisah seorang perempuan yang jatuh cinta pada orang yang menurut dia terbaik, namun dia mata teman-temannya cowok itu bukan yang terbaik. Bukankah cinta tak punya alasan? Buku ini cocok dibaca buat kamu yang pengin cepat move on! :)


7. JATUH CINTA DIAM-DIAM 2 (Bentang Belia, Bentang Pustaka, 2015)

Setelah sukses dengan "JATUH CINTA DIAM-DIAM" edisi 1, Dwitasari membuat kompetisi menulis di Twitter, terpilih sepuluh pemenang yang tulisannya siap kamu baca dan kamu resapi! Buku yang telah masuk kategori MEGA BEST SELLER ini tidak kalah seru dengan"JATUH CINTA DIAM-DIAM" edisi 1. Apalagi cerpen Dwitasari yang berjudul "Menemukanmu di Udara" adalah cerpen yang berhasil membuat ribuan orang menangis terharu! Kamu wajib baca buku ini! Tulisan aku yang menjadi kesukaan pembacaku di buku ini adalah "Menemukanmu Di Udara".


8. Cerita Kita = Cinta (Bukune, 2015)

Hidup Zia mulai berubah sejak dia mendapatkan surat cinta misterius di loker sekolahnya tiap pagi. Dia tak pernah menyangka kalau surat itu justru dikirim oleh Valent, pria paling eksis di SMA Cipta Mulia yang dia sukai. Di sisi lain, Valent berusaha mendapatkan perhatian Zia dengan menjadi sosok yang misterius dan romantis, oleh karena itu dia meminta bantuan Lily. Lily adalah penulis muda yang karyanya diisukan plagiat. Gadis itu sempat kehilangan kepercayaan dirinya untuk menulis, tapi pertemuannya dengan Aldo mengubah semuanya. Melalui tokoh-tokoh dalam buku ini, Dwitasari menuturkan segala hal tentang pertemuan, rindu, takut akan kehilangan, hingga rasa sakit yang dikemas dalam bentuk cerita yang saling berkaitan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya. Dan jangan lupa, kisah yang setiap tokoh dalam buku ini alami, juga adalah kisahmu. Selamat membaca kisahmu sendiri dalam buku ini!



9. MEMELUK MASA LALU (Bentang Pustaka, 2016)

Apa jadinya jika Cleo kembali bertemu dengan Raditya? Cowok yang tiga tahun lalu Cleo temui dalam sebuah perjalanan bus Cibinong - Jogjakarta. Pria berkacamata dan berwajah oriental itu benar-benar mencuri perhatian Cleo hingga dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia jatuh cinta. Tapi, kini semua telah berbeda, karena Raditya tidak lagi sendiri. Masih bolehkah Cleo jatuh hati? Antusias dari pembaca aku dalam buku ini sangat besar, jadi lanjutan dari buku ini berjudul "Menjemput Masa Lalu" akan segera diterbitkan :)


10. SPY IN LOVE (Bentang Pustaka, 2016) 
- TELAH DIFILMKAN CAPITOL -

Hotel di tepi pantai Pulau Penang! Aku tak sabar memulai hidup baru bekerja di hotel impian. Ternyata Tuhan masih sayang kepadaku, setelah beberapa waktu lalu memberikan ujian yang kukira tak akan bisa terlewati. Eh, atau memang belum terlewati? Coba, siapa yang tidak putus asa jika ditinggal menikah kekasih dengan teman sendiri?

Dan, di sinilah aku sekarang. Berharap angin laut Penang bisa menerbangkan sisa patah hatiku. Tapi, belum apa-apa, aku sudah terlibat lagi dengan urusan laki-laki! Putra, lelaki itu sebenarnya menarik, tapi ia terus berada di dekatku seperti seorang penguntit. Ia juga sering memergokiku dalam keadaan yang memalukan. Apa yang diinginkannya dariku?

Ish, aku harus berhati-hati agar tidak selalu berurusan dengannya, apalagi sampai jatuh cinta. Eh, kenapa aku sampai berpikir begitu? Tidak, tidak! Ah, pokoknya aku tak mau jatuh untuk kali kedua!


11. PROMISE (Loveable, 2016) 
- TELAH DIFILMKAN SCREENPLAY -

YOGYAKARTA, Rahman (Dimas Anggara) seorang cowok Jogja yang berwajah tampan namun lugu dan sederhana, sangat berbeda dengan sahabatnya sejak kecil yaitu Aji.

Aji (Boy Wiliam) yang playboy dan suka bergonta-ganti pacar. Aji selalu punya keinginan agar Rahman bisa menjadi seperti dirinya. Bisa merasakan cinta dan memiliki wawasan yang lebih luas lagi, namun dengan cara yang salah. Tetapi, cara Aji mengubah Rahman justru menjadi awal kejadian yang mengubah hidup Rahman secara drastis. Tanpa disadari, malam itu membuat ayahnya marah kepada Rahman dan semenjak itu pula Rahman tidak bertemu aji lagi.

MILAN, 18 belas bulan kemudian, adalah kota di mana saat ini Rahman kuliah dan juga bekerja paruh waktu di sebuah toko klontong.

Kanya (Amanda Rawles) adalah gadis Jawa blasteran yang sejak usia 10 tahun tinggal di Eropa dan harus pulang ke Jogja untuk mendengarkan sebuah wasiat dari ibunya. Dan, ibunya berharap Kanya tidak kembali lagi ke Eropa untuk menjalankan wasiat tersebut.

Moza (Mikha Tambayong) adalah teman kuliah Rahman yang selalu punya perasaan lebih kepada Rahman. Tapi, Moza melihat ada sebuah teka-teki di hidup Rahman yang tidak dia ketahui jawabannya.

ISTANBUL, Salsabila (Mawar De Jongh) adalah salah satu murid di pesantren ayah Rahman, yang jatuh cinta kepada Rahman dan dia menitipkan sebuah surat untuk Rahman melalui Aji.

Suatu ketika di malam hari, Rahman menerima telepon dan ternyata dari Aji.  Rahman merasakan perubahan dari sahabatnya itu, bahkan pertemuan Aji dan Rahman tidak seperti dulu lagi. Moza pun baru tahu siapa Rahman sebenarnya saat itu dan siapa perempuan yang dicintainya.



12. SETELAH KAMU PERGI (Bentang Belia, 2017)

Aku melepas pelukmu dengan harapan ini bukan yang terakhir. Namun, kamu tetap pergi. Air mataku yang jatuh satu per satu, tak pernah kamu gubris lagi. Begitu saja kamu putuskan untuk lari, tanpa peduli dengan segalanya yang sudah kita bangun sejauh ini. Sehebat apa dia hingga mengubahmu jadi lelaki yang tak lagi kukenali?

Kamu ciptakan perpisahan, tanpa menatap aku yang kesakitan. Kamu kuburkan semua kenangan, seakan aku tidak pernah kamu jadikan tujuan. Kamu bunuh semua harapan hingga membuat aku muak dan kelelahan.

Kapan hari itu akan datang? Saat pada akhirnya kamu akan berhenti mencari, kemudian menyadari bahwa akulah harusnya tempatmu kembali.


 

13. COCKBURN ROAD (Loveable, 2017)

Juna menyadari bahwa bidadari secantik Jessica tidak akan pernah berada dalam genggamannya. Hingga suatu ketika Jessica berkata, "Lo mau nggak jadi cowok gue?"

Harusnya, hari itu, Juna bisa menggelengkan kepala, menolak semua ajakan gila Jessica. Tapi, jantungnya berdebar hebat, dia tidak punya kekuatan untuk menolak kekasihnya.

Menjalani hubungan bersama Jessica menyebabkan banyak ledakan megah dalam hidupnya. Juna begitu bahagia, namun mengapa Jessica menempuh jalan pisah?

Berlatar di Jakarta dan Australia, novel ini siap membuat kamu menangis dan tertawa bersamaan. Selami kisahnya, nikmati ceritanya.



14. AFTER MET YOU (Loveable, 2017)
- TELAH DIFILMKAN -

Jatuh cinta hanya menghasilkan siksa, percakayakah kamu pada kalimat itu? Yang jelas, Ari Irham sangat percaya pernyataan itu. Maka, dia tidak pernah melibatkan hati setiap kali dia berpacaran dengan seseorang.  Ratusan perempuan telah menjadi kekasih Ari dan semua perempuan itu merasakan sakit hati yang parah. Ari selalu meninggalkan seorang perempuan di puncak-puncaknya mencintai. Akankah karma mengejar Ari dan membuat Ari jadi pria yang kembali percaya bahwa cinta yang tulus itu ada?
 

 
15. TIDAK PERNAH ADA KITA (Bentang Belia, 2018)

Aku begitu berharap terlalu tinggi, pada hadirmu di sini. 
Namun, semakin aku mencintai, semakin aku menyadari, aku hanyalah teman yang kamu cari ketika kamu merasa sepi.

Kamu menggantungkan kejelasan status hubungan kita. Aku sering bertanya, adakah cinta? 
Kamu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. 
 
Jika tak ada cinta, lalu mengapa kamu memintaku kembali, setiap kali aku memutuskan pergi? 
Lalu mengapa tidak kamu sudahi, jika hadirku tidak penting lagi?

Aku menatap matamu, dengan sisa-sisa air mataku. 
Aku dan kamu tidak akan pernah jadi kita. 
Meskipun aku sungguh cinta, belum tentu kamu juga cinta.
 
 

 

 
16. KEKASIH TERJAUH (Falcon Publishing  - 2018)
 
 Aku sering kali bertanya pada semilir angin pantai Jogjakarta:
Bagaimana cara melupakan dia yang pernah begitu kaucintai,
namun dia meninggalkanmu bersama sepi dan mimpi-mimpi buruk?

Hidup Christal sempurna, namun segalanya berubah ketika Mama dipanggil Tuhan untuk selamanya. Christal kini hanya memiliki seorang ayah keras kepala yang tidak mencintai keluarganya dan Farel, kekasih hati yang selalu menyembunyikan Christal dari sorotan mata dunia.

Sembari menghadapi dunia perkuliahan yang melelahkan, Christal berjuang keras untuk mengembalikan kebahagiaannya lagi. Dia hampir menyerah pada keadaan, hingga hadir seorang pria yang menawarkan segalanya yang tak mampu diberikan oleh Farel. Christal menyukai nama pria yang berasal dari Jogjakarta itu, juga sorot matanya, juga nada suaranya, juga cara tersenyumnya, dan juga rambut sebahu yang dimiliki pria itu.

Akankah rasa suka Christal berujung pada cinta yang baru, sementara Christal masih memiliki Farel di hatinya? Lalu, rahasia apa yang disimpan dalam-dalam oleh Christal hingga dia rela terus disembunyikan oleh Farel?
 

 
17. MENERKA - NERKA FEAT NAGITA SLAVINA (RANS Publishing - 2019)
SOLD OUT

Seringkali aku menerka-nerka, apakah kamu juga cinta? Karena bisa saja kamu juga berkata cinta pada  yang lainnya. Karena mungkin tidak hanya denganku, kamu turut berbagi rasa.

Hatiku terus bertanya, bisakah aku jadi satu- satunya yang memilikimu? Bisakah aku jadi perempuan yang hatinya tidak akan pernah diduakan olehmu?



18. HANYA TIGA KATA (Bentang Belia - 2020)

Dia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa.

Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketika dia tahu ada pria lain yang mencoba mengisi hatiku?

Dan, mengapa aku tidak ingin mendengar nama perempuan lain yang diam-diam telah mengisi hatinya? Bukankah kami hanya teman biasa? Lalu, mengapa rasa aneh ini ada?


***

Semua buku aku bisa kamu temukan di toko buku:
Gramedia, Togamas, Gunung Agung, dan TM Bookstore
Untuk pemesanan via online silakan hubungi kontak di bawah ini:
SMS/WA: 0822-610-22-388
SHOPEE: DWITASARISME