05 January 2011

romantis itu, gak harus sunset !

“Tidak ada perasaan yang lebih bahagia selain keindahan mencintai seseorang dan menjadikan dia satu-satunya orang yang ada dipikiranmu setiap saat” :)

Aku tahu, aku bukan lagi ABG yang harus menjadikan jejaring sosial sebagai tempat galau. Aku tahu, aku bukanlah ABG labil yang menjadikan cinta sebagai penghasil depresi terbesar. Tapi, ternyata aku lemah. Daniel, pria yang 2 tahun terakhir ini selalu jadi alasan terbesarku saat menggalau di status facebook dan twitter. 2 tahun kami menjalani hubungan tak biasa, tanpa status. Kami sadar kalau kami saling menyayangi, ada usaha untuk saling memiliki, sayangnya semua itu sulit menjadi realita. Aku mencoba lebih mementingkan perasaanku daripada status kami. Kadang, status pun tidak membuktikan seberapa kuatnya perasaan seseorang. Bukankah banyak pasangan kekasih dan pasangan suami istri yang tidak terlalu bahagia dalam status yang terlihat begitu serius. Ya.. Status itu cukup aku dan dia saja yang merasakan.
Dia meninggalkan kota Jogja dan memutuskan untuk kuliah di Depok, aku sedikit frustasi. Dia selalu menghasilkan ketakutan-ketakutan baru setiap hari. Sayangnya, hal yang tidak pernah aku harapkan terjadi, dia berubah 180 derajat. Dia begitu cuek dan sering mengabaikan aku.
***
1 minggu ini dia tidak memberikan kabar, ini memang bukan hal baru karena beberapa minggu sebelumnya dia juga melakukan hal yang sama. Perasaan campur aduk, khawatir, dan kangen. Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa. Bukan cuma nyiksa, tapi nyiksa banget!
***
Aku punya rencana entah rencana bodoh atau bagus. Di usianya yang ke-21, aku harus memberi kejutan yang berhasil! Yaa.. karena 1 tahun yang lalu rencanaku gagal dan 2 tahun yang lalu rencanaku pun juga gagal. Kali ini harus sukses! Aku memikirkannya telah lama, karena dipikirkan dengan matang, aku harus merealisasikannya dengan baik! Aku membeli dua tiket kereta api. Taksaka malam, 19 September 2010 , 03.35, dari stasiun Tugu dan di Jakarta, dan aku akan membeli tiket Senja Utama Yogyakarta, 19 September 2010 , 21:40 yang berangkat dari stasiun Senen. Sesuai info online, semoga sesuai perkiraanku. Hari itu aku pergi, hari itupun aku juga harus pulang.
19 September 2010 , 02:00 WIB. Dengan mata setengah bangun setengah teler, aku memeriksa barang-barang bawaanku. Aku tahu ini gila dan agresif, tapi sungguh semua ini aku lakukan hanya untuk melihat senyum Daniel lagi. Aku memang buta jalan, tidak tahu kota Depok itu seperti apa, memang rencanaku tidak segampang yang aku perkirakan, tapi aku yakin, jika untuk hal yang baik, semua akan berjalan dengan baik. Ya! Keep moving forward! Terus bergerak ke depan!
***
17:00, setelah turun di stasiun senen, aku melanjutkan perjalanan ke stasiun Depok Baru. Aku bertanya lagi pada petugas stasiun, setelah dari sini aku harus menaiki apa untuk menuju jalan Margonda Raya. Di Yogya, aku terbiasa menaiki bis jadi kalau naik angkot, agak sedikit linglung. Aku mencari angkot 05 jurusan terminal Depok dan bertanya-tanya sedikit tentang toko kue sekitar Depok. Hebatnya, supir ini tahu! Tepat di sebrang terminal Depok, ada sebuah toko kue bernama Daniel Bakery. Ya, Tuhan, semoga nama yang sama juga membawa kebaikan yang sama.
***
19:00, aku sampai di kost Daniel di daerah beji, dekat lapangan bola. Catnya cukup bagus. Pagarnya di cat hitam dan kost itu sendiri di cat biru tua. Aku membuka pagarnya sambil membawa kue yang memang tidak memakan budget terlalu banyak, yang penting kan niat ngasihnya, bukan harganya hehehe. Aku mengirim sms padanya agar segera keluar tanpa memberitahu alasan kenapa dia harus keluar. Dalam jeda waktu itu, aku menyalakan lilin. Tidak berapa lama kemudian, aku melihat dia berada tidak jauh denganku. Aku gugup, dia terlihat berbeda. Rambutnya, matanya, hidungnya, aku merindukannya. Dia tersenyum dan berjalan ke arahku. Malam itu, pukul 19 lewat dikit, disinari cahaya lilin dan malamnya kota Depok, aku bahagia. Dia make a wish beberapa detik dan meniup lilinnya. Lalu, dia meletakkan kue itu di bangku, tidak jauh dari kami. Gelap. Aku merasa ada tangan yang merangkulku dan memelukku.
"Maaf. Makasih ya" Dia berbisik di telingaku. Aku merasa inilah dia yang dulu, yang tidak mengabaikanku. Tapi.. Woopss! Dia menarik tanganku dan menarikku hingga keluar dari pagar.
"Kamu pulang ya. Ibu kost disini galak banget! Ada mahluk hawa nginjek satu milimeter ke dalam pagar aja, dia udah teriak-teriak minta di timpuk pagar kabupaten. Pliss, jaga diri kamu baik-baik. Makasih sekali lagi." Dia mengatakan hal yang menurutnya sepele itu dengan terburu-buru. Aku kaget, marah, dan kesal.
"Danieeeeeeeeeel!!" Aku memanggilnya dengan suara lantang. Dia berlari terburu-buru ke arahku.
"Kenapa lagi?"
"Makan nih!" Sontak, dengan sukses aku membiarkan kue itu mencium wajah Daniel dengan agresif. Aku tahu itu sakit, tapi tidak sesakit perasaanku saat dia selalu mengabaikanku.
***
2 bulan berlalu, 8 Desember 2010 , hari itu usiaku menginjak 21 tahun. Ibu dan bapakku lagi dan lagi pergi ke Solo. Mereka hanya meninggalkan uang dan mengucapkan selamat ulang tahun via telephone. Aku mengisi ulang tahunku yang hambar dengan bermain game online seharian di daerah Jalan Laksda Adisucipto, sejak pukul 12 siang sampai pukul 9 malam.
***
Seusai bermain game online, aku berjalan dari EuroNet menuju Shelter De Britto. Aku keluarkan payungku karena hujan yang rintik-rintik itu cukup membasahi baju. Aku tahu, waktu telah menunjukan pukul 21:00, 30 menit lagi jam operasi Transjogja akan berakhir, aku harus segera menaiki bis sebelum pukul 21:30.
Sesampainya di shelter De Britto, shelter terlihat sangat sepi. Aku duduk di bangku shelter, sedangkan di bangku sebrang ada seorang pria yang mengenakan jaket hitam dan penutup kepalanya. Aku perhatikan, pria itu selalu mencuri pandang ke arahku. Tiba-tiba, dia berdiri dan berjalan ke arahku. Aku berdiri berusaha untuk meninggalkan shelter, tapi langkahnya ternyata lebih cepat daripada langkahku, dia menarik tanganku, aku mencoba untuk melepaskan, dan....
"Eh, ini gue!" Pria itu membuka tutup kepalanya, ternyata dia adalah Daniel. Aku tidak habis pikir, darimana dia tahu kalau aku disini.
"Lo tau darimana gue disini?"
"Dari status foursquare lo. Makanya jangan terlalu eksis! Hehe. Gue tau lo pasti ngegame disekitar sini."
"Tangan gue dilepas aja bisa kali!" Aku berkata sinis, padahal aku merasa senang karena bisa melihat senyumnya lagi.
"Happy birthday ya. Gue gak tau lo suka apa dan lo mau apa, jadi gue gak bawa apa-apa deh. Hehe"
"Tawa lo! Dateng mendadak, pergi mendadak, berubah mendadak!"
"Aduh, dinginyaaaaaa sikap lo!"
"Ngaca dulu siapa yang lebih dingin! lo kali!" Aku membuang muka tanpa menatap matanya.
"Sorry, gue gak mau mikir cinta-cintaan dulu deh."
"Emang gue suka sama lo? Ge-er dahsyat lo!"
"Oh, gue kirain datang setiap tahun berturut-turut cuma buat ngasih surprise ke ulang tahun gue itu adalah wujud perasaan suka, ternyata enggak ya?" Dia berkata dengan air muka polos, aku terdiam, lemas. Dia menyadari rencana-rencana mahamegatolol-ku.
"Bukan suka, Niel. Tapi sayang! Lo tau posisi gue sekarang? Gue terjepit diantara harapan kosong dan rindu yang lebih sering nyiksa." Dengan jujur aku mengatakannya. Unek-unek selama 2 tahun dan ketahuilah 2 tahun bukan waktu yang sedikit.
"Ada rasa saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki. Lebih parah daripada patah hati. Cen sangar! Kalau 2 tahun kita bisa bertahan, tahun-tahun berikutnya harus lebih semangat dong!"
"Semangat palamu! Gue emang gak pernah mentingin status yang penting perasaan gue sama lo dan lo gak mengabaikannya!"
"Utuk-utuk, Mbak, mau tau sesuatu?"
"Apa?"
"Ketika bangun pagi hari, aku memikirkan dirimu. Ketika bersiap-siap tidur, aku memikirkanmu juga. Dan diantara rentan waktu itu, aku memikirkan kita. Kamu gak usah takut, status gak ngejamin kesetiaan seseorang kok." Dia memegang tanganku, menariknya dan memelukku.
"Jadi, mau hadiah apa?" Dia berbisik sambil memelukku.
"Kamu-lah! You're my something special. Tak peduli atas nama apa status dan ikatan kita, yang aku tau, aku sayang kamu walau tanpa status." Aku berbisik di telinganya diiringi suara bis yang meninggalkan shelter. Itu bis terakhir tepat pukul 21:30.
Ah.. romantis itu tidak harus sunset, gunung, dan bukit bintang. Bahkan, di shelter bus, tempat yang tidak terlalu indah, romantis bisa saja hadir tanpa dipaksa dan diminta.
Percayalah, Teman. Tidak ada perasaan yang lebih bahagia selain keindahan mencintai seseorang dan menjadikan dia satu-satunya orang yang ada dipikiranmu setiap saat :) keep moving forward!

16 comments:

  1. kereeeeennn..

    ReplyDelete
  2. Ada rasa saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki. Lebih parah daripada patah hati. "Pillow Talk" ;)
    Keren2 tulisanmu :) anak sastra ya?

    ReplyDelete
  3. romantis banget sumpah :')

    ReplyDelete
  4. tentang cinta ya tulisannya.....tp keren kok dari hati bnget..salam kenal...

    ReplyDelete
  5. bagus banget cerita'a ... lanjutkan :')

    ReplyDelete
  6. Banyak pujian dari cerita ini yang nggak bisa dijelaskan tapi dirasakan, semoga akhir ceritanya bisa lebih indah pada waktunya :)

    ReplyDelete
  7. Kereeeeeenn......
    Ky kisah q m anak Samarinda.. Tak memikirkan status namun brakhir menyakitkan... ;-(

    ReplyDelete
  8. Kereeeeeenn......
    Ky kisah q m anak Samarinda.. Tak memikirkan status namun brakhir menyakitkan... ;-(

    ReplyDelete
  9. setuju, status itu tak menjamin kesetiaan seseorang.... :)

    ReplyDelete
  10. setuju, status tidak menjamin seseorang untuk setia.... :)

    ReplyDelete