08 April 2014

Aku tidak Peduli

Aku tidak peduli pada cemooh teman-temanku tentangmu. Tak ingin tahu penilaian mereka tentangmu. Mereka bilang kamu bau, perokok, jorok, tolol, dungu, tidak punya apa-apa, senang berbicara dengan tembok, dan seorang pemedam yang sangat pengecut. Aku tak mau tahu karena aku tak melihatmu dari segala sisi itu, kausempurna di mataku, kesempurnaan yang mungkin hanya bisa kubaca dan kurasa ketika kita bersama.

Aku tidak peduli pada perkataan orang-orang sekitarku bahwa kita tak akan mungkin bersama. Aku hanya bisa menjawab segala cacian itu dengan senyum dan berkata "Biarkan kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang terjadi selama ini." Dan, ketika kujawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan melihat seorang  gadis yang bernasib paling buruk seluruh dunia. Aku sungguh tak merasakan keburukan itu, bersamamu; kurasakan kebahagiaan yang tak bisa kujelaskan, kebahagiaan yang tak akan pernah mereka pahami.

Aku tidak peduli pada kedekatan kita yang semakin hari semakin tak jelas ini. Kedekatan yang tak kian hari kian tak kupahami. Aku tahu kau di sampingku, bersamaku, tapi kita seakan berjarak meskipun dekat, seakan saling menghilangkan meskipun telah menemukan. Aku tak tahu kesalahan ini dinamakan apa. Hal yang begitu jelas kutangkap, aku hanya gadis tak tahu ini itu tapi tahu mencintai kamu. Ketika pertama kali jadi mahasiswa baru dan bertemu denganmu, kemudian menatap matamu, mengetahui namamu, dan semua ketidaksengajaan itu berlanjut pada percakapaan intens yang membuatku takut kehilanganmu. Ketika semua berawal dari hal sederhana itu, aku tahu semua akan berlanjut dan mungkin tak punya akhir yang pasti. Sekarang, setelah sabar menunggu selama dua tahun, prasangka itu pun terjawab sudah; hubungan kita (seakan) tak bergerak sama sekali. Kita berjalan dan berpindah tapi seakan berputar di tempat yang sama, kita berjalan beriringan tapi tak kunjung bertemu di ujung jalan.

Aku tidak peduli pada perubahan sikapmu yang semakin sulit kutoleransi. Kamu yang selalu hilang ketika kubutuhkan, kamu yang menjawab pesan singkatku dengan jumlah karakter yang bisa dihitung jemari, kamu yang kudengar telah dekat lagi dengan seseorang yang baru, dan kamu yang seakan tak pernah menujukkan cinta dalam tatapan matamu padaku. 

Awalnya, aku memang tidak peduli pada perasaan, status, dan cemooh orang lain tentang hubungan kita. Perkataan-perkataan bodoh dan penilaian negatif bahwa kita tak akan mungkin bersama. Aku menutup telinga dan tetap berusaha memelukmu dalam bayang-bayang, peluk hangat yang mungkin tak pernah kaurasakan secara nyata hingga sekarang.

Dua tahun, Sayang, aku berusaha tak peduli pada persepsi mereka, pada datang dan pergimu, pada rasa takut yang selama ini menghantuiku. Tapi, setiap kunikmati wajahmu dari kejauhan, setiap kunikmati aroma tubuhmu yang duduk di sampingku pada perkuliahan tadi, setiap kulihat wajahmu saat mengembuskan asap rokok, dan setiap kudengar kabar bahwa kausedang dekat dengan yang lain; rasanya aku ingin berhenti saja mencintaimu dan amnesia pada kedekatan kita yang telah terjalin selama dua tahun itu.

Aku tidak peduli, namun semakin aku tidak peduli, semakin aku takut kehilangan kamu.

dari pengangummu
yang egois nomor satu
bodoh nomor satu
karena dia hanya tahu;
mencintai kamu.

15 comments:

  1. Good story bgt kak:)
    Dan pas banget aku lg ngalamin hal ini:(
    Aku bener" sayang sama dia, tapi dia selalu beranggapan kalo aku nggak sayang:) Tapi yaudahlah udh berakhir ini:))

    ReplyDelete
  2. kakak, nyentuh banget... jadi pengen curhat ke kakak :')

    ReplyDelete
  3. seriusss, ini pass banget sama gua. #guasihcuek :'D

    ReplyDelete
  4. bagus ceritanya lugas, dan bahasanya tulus

    ReplyDelete
  5. Kakdwit, keren nih omongannya :) Menyentuh semua ya ampunn :') terharu bacanyaa :')

    ReplyDelete
  6. sungguh, suka banget sama karya-karya nya :')

    ReplyDelete
  7. mengharukkan,sekarang yang aku rasain kak.. miris :'( menetes :'(

    ReplyDelete
  8. Izin repost kak tapi ada benerPa yg aku ubah :) thanks

    ReplyDelete