08 October 2014

Beberapa hal yang tidak bisa aku lupakan darimu

Aku masuk ke sebuah toko parfum yang pernah kita kunjungi berdua. Toko parfum di bilangan Depok, tempat yang tidak terlalu asing bagiku dan bagimu. Di sinilah tempat kencan pertama kita terlewati. Aku melihat-lihat parfum yang aromanya seperti aroma tubuhmu. Barcelona, parfum yang hanya kaubeli biangnya saja, yang kaubilang murah itu, dan kusarankan padamu agar membeli yang asli; supaya saat terkenal kulit, tidak menimbulkan panas ataupun iritasi. Kamu menyetujui hal itu dan yang dipikiranku kali ini hanya satu, memiliki segera parfum Barcelona untuk mengganti aroma tubuhmu yang belum lama ini pergi.

Setelah dari sana, aku berjalan ke lapo, tempat makan khas Batak. Memesan makanan yang dulu kaupesan. arsik, seperti pepes ikan, makanan yang berusaha diterima oleh lidahku yang sangat Jawa sekali. Kamu tertawa ketika wajahku berubah merah karena tak tahan dengan pedasnya makanan kesukaanmu itu, kamu semakin tertawa geli ketika aku hampir menangis melihat sangsang, salah satu makanan kesukaanmu juga yang terbuat dari daging anjing. Kali ini, tanpa ditemani olehmu, aku memakan ariskku sendiri, membayangkan kamu yang dulu pernah mengambilkan daging ikan ini untukku dan mengelus lembut rambutku layaknya seorang abang yang menyuruh adiknya lekas makan dan tumbuh besar.

Dengan badan yang cukup lelah, aku mencoba menerjemahkan perasaanku. Aku kembali membuka laptop-ku dan melanjutkan novel yang harus sesegera mungkin kuselesaikan. Mataku sudah sangat mengantuk, ditambah lagi perasaan aneh yang menggeluti setiap malam-malamku. Aku tak lagi mendengar suaramu, suara beratmu yang selalu mengantarkan tidurku. Sekarang, aku harus menerima kenyataan bahwa kamu tak lagi menjadi bagian dalam hari-hariku.

Entah mengapa, mataku mulai panas, dan aku tak heran jika beberapa hari ini keyboard laptop-ku selalu tiba-tiba basah, sesegera mungkin aku segera meraih tisu, menghapus jejak-jejak air mata yang ada di laptopku dan di pelupuk mataku; tentunya dengan jemariku sendiri. Karena sekarang, jemarimu mungkin telah menghapus air mata wanita lain, air mata wanita yang mungkin disetujui ibumu.

Menyadari bahwa susunan dan logika kalimat yang kutulis mulai berantakan, aku mulai meninggalkan tulisanku sebentar, dan berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Kukira dengan begini, aku bisa melupakanmu, tapi dengan menatap langit-langit kamar ini, aku jadi ingat peristiwa ketika kamu tak ingin melepaskanku dari pelukmu, saat kamu terkena demam hebat kala itu. Aku yang kehujanan, membawakanmu obat, segelas air putih, dan bubur ayam kala itu hanya menjadi sosok pengganti kekasihmu yang tak bisa hadir menemanimu. Sejak berkenalan denganmu, sejak tahu kamu telah memiliki kekasih dan tahu bahwa kekasihmu satu etnis denganmu, sejak saat itu pun sebenarnya aku sudah merasakalah. Tapi, Abang, aku cuma perempuan Jawa yang tidak akan memaksakan kehendakmu jika kita tak bisa bersatu karena kita berbeda, aku tidak memperjuangkan siapa yang harus menang dan harus kalah, aku hanya tahu mencintaimu; dan entah mengapa aku belum punya alasan yang logis untuk melupakanmu.

Saat kamu sakit dan hujan yang turun di langit Depok kala itu, kamu hanya memelukku dengan sangat rapat, tidak berbicara apapun, yang kuingat kala itu kamu hanya memanggil nama kekasihmu berkali-kali dan mengira aku adalah kekasihmu, wanita yang tak pernah ada saat kamu butuh. Sebenarnya, aku sangat ingin menangis kala itu, tapi melihatmu dalam keadaan sakit begitu, aku tak pernah ingin menambah bebanmu lagi.

Sekarang, aku berusaha tidur lelap, esok hari aku akan membuang kerduas berisi kalung salib pemberianmu, beberapa tiket bioskop, bingkai foto, boneka, dan beberapa puisi yang kamu tuliskan untukku. Esok hari, aku akan membuat semua barang itu ke tempat sampah, dan setelah hari itu; aku akan sukses melupakanmu.

Aku beranjak tidur dan meraih parfum Barcelona, aku menyemprotkan parfum itu ke seluruh tubuhku. Dengan begini, aku akan tidur lebih pulas karena aku merasa sedang tertidur lelap dalam pelukanmu.


Pafrum itu masih penuh di botolnya, untuk beberapa hari ke depan aku masih punya cadangan untuk mengganti aroma tubuhmu yang telah pergi. Aku tak tahu, apakah dengan begini, aku bisa benar-benar melupakanmu?

4 comments:

  1. ceritanya hampir sama kaya aku ka,bedanya aku belum dikasih kesempatan buat jadi pacarnya, hampir 3 tahun aku pendam rasa itu dan hampir tiap hari kita ketemu di tempat kerja , tiap dia lewat aku selalu nikmatin aroma barcelona itu sampe akhirnya aku resign buat ngelupain dia dan aku selalu inget kata2 kamu ka " apa kau tau rasanya bertemu orang yg kau cintai setiap hari? namun kau harus bertingkah seakan tak ada rasa seakan tak ada cinta yg bertepuk sebelah tangan ..

    ReplyDelete