Untuk 'Mas' yang selalu memanggilku dengan sebutan 'Dek'
Masih tersisa bayang-bayangmu di kamarku. Suara pendingin ruangan, ketikan jemariku di laptop, dan setiap inci ketika aku melempar pandang; entah mengapa wajahmu selalu hadir di sana. Aku tahu ini bukan lagi perasaan yang biasa, perasaan ini pun aku tak jelas ujungnya, perasaan yang membuatku bingung dan linglung. Aku pun semakin dibuat bingung kekasihmu, yang tidak pernah kau ceritakan itu memakiku dengan ucapan murahan, jalang, dan berbagai mahluk dari kebun binatang ikut serta dalam hujatan kekasihmu. Aku baru menyelesaikan satu cerpenku untuk buku yang akan terbit dan makian dari kekasihmu itu benar-benar menghancurkan kelegaanku.
Kita bertengkar hebat, mengapa tidak dari awal kamu mengaku bahwa kamu telah berdua? Meskipun kita belum terikat dalam status dan kejelasan, kejadian ini cukup membuatku terpukul dan terluka. Adakah yang paling sakit ketika kau dibohongi oleh orang yang seratus persen kamu percayai? Dan, kamu merusak kepercayaan yang telah kubangun susah payah demimu. Aku tidak tahu harus menyesal, marah, berteriak, meninggalkanmu, atau secara egois tetap melanjutkan hubungan kita. Yang jelas, saat ini, aku tahu siapa pria yang selama ini kucintai dengan sangat tolol. Kamu cuma pembohong yang menghalalkan segala cara untuk menghapus kesepian dan kehausan dirimu akan perhatian.
Kalau kamu mau aku mengatakan semua dengan sangat jujur. Aku akan bercerita betapa sejak kita berkenalan, kamu telah memunculkan ledakan-ledakan ajaib di hatiku. Kamu adalah gambaran pria sempurna yang kucari selama ini. Berumur dua puluh lima, dewasa, berkulit sawo matang, bertempat tinggal di Jogjakarta, pengusaha peternakan kambing serta bebek, memahami seni, berbicara menggunakan bahasa Jawa halus. Kamu sempurna, Mas, sangat sempurna bagiku. Silaumu menggelapkan mataku, aku seakan pasrah berjalan menuju cahayamu. Aku terlena pada perakapan kita di ujung malam, pada tawamu yang menyegarkanku, pada selera humormu yang cukup tinggi, pada kata-kata cintamu, pada usahamu untuk menahanku pergi.
Aku telah memilihmu, bahkan ketika aku menemukan ada faktor yang entah dinamakan apa, yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetik saja; agar tetap mengetahui kabarmu yang jauh di sudut kota sana. Dari makian kekasihmu, perempuan yang tak sepenuhnya aku kenali itu, sesungguhnya aku paham bahwa aku salah telah mengagumimu. Seharusnya, sebelum kita bergerak terlalu jauh, lebih dulu harus kutahu bagaimana status hubunganmu yang sesungguhnya. Aku tak tahu perasaan ini bernama apa, Mas, yang jelas setelah tahu kamu berbohong, aku hanya merasakan mataku panas dan ada yang basah di pipiku.
Sekarang, apa yang harus aku sesali? Kaudan dia sudah menjalin hubungan lama, aku yang baru kaukenali dalam hitungan hari ini hanya bisa berdoa bahwa Tuhan sesegera mungkin melepaskan perasaan ini, agar aku tak jadi pembunuh berdarah dingin yang haus akan rasa bahagia. Aku yang tak tahu salahku di mana, terpaksa meminta maaf pada kekasihmu, walaupun sebenarnya aku tak tahu di mana salahku. Setiap kutanya, kauhanya menutup mulut, berkata maaf, berkata kau mencintaiku, berkata kautak ingin kehilangan aku, berucap bahwa kauingin tetap kita dalam status berteman. Setelah kau hancurkan semua, setelah kau habisi semua harapanku, kaumasih ingin berharap aku tetap bersikap normal ketika luka di hatiku semakin berdarah?
Ah, ini bukan salahmu, juga bukan salah kekasihmu yang memakiku dengan ucapan kasar itu. Ini salahku, gadis yang terlalu cepat mengagumimu, gadis berumur belasan tahun yang merasa bahwa kamu bisa menjadi sandaran hatinya. Ini salahku, pasti salahku, selalu salahku, karena tak paham bahwa perkenalan ini ternyata bisa menjerumuskan aku pada perasaan yang harusnya tidak aku rasakan. Aku minta maaf untuk semua peristiwa yang terjadi tanpa keinginanmu, tanpa keinginan kekasihmu, tanpa keinginan kalian. Aku tidak pernah bermaksud untuk mengganggu kebahagiaamu karena sebenarnya dari awal kau mengaku tak punya seorang kekasih, jadi kurasa masih ada kesempatan untuk membuatmu tertawa dan bahagia lebih dari hari ini.
Aku tak pernah tahu perasaan ini disebut apa. Yang jelas ketika kubilang aku ingin meninggalkanmu, aku ingin mengakhiri semua, aku ingin kaupergi menjauh; aku merasa seperti membohongi diri sendiri. Aku tak tahu perasaan ini dinamakan apa, jika memang bukan cinta, jika memang hanya ketertarikan sesaat, mengapa sekarang aku masih menatap ponselku; berharap kamu menanyakan kabarku?
Dari Adikmu,
terharu mbak bacanya
ReplyDeleteCukup mengiris hati mbak.. :')
ReplyDeletekamu sukses bikin aku nangis malem2 grgr baca ini :')
ReplyDeleteAku mengalaminya:")
ReplyDeleteAku mengalaminya:")
ReplyDeletesederhana tapi ngena :"(
ReplyDeleteGue bangeeeet :'(
ReplyDeletebeh.. Sadis bin nancep neng ati.
ReplyDeleteKeren kak. Terharu aku bacanya. Aku banget. Tp gak sejauh di cerita itu wkwk. Msh bs ngendaliin perasaan
ReplyDeletekata katanya enak di baca.. judulnya suka "mas" dan "adek". bagus (y)
ReplyDeletekata katanya enak di baca.. judulnya suka "mas" dan "adek". bagus (y)
ReplyDeleteAku mengalami iniio:(
ReplyDeleteAku.mengalaminyaaa:(
ReplyDeleteAku banget:(
ReplyDeleteBagus kak
ReplyDeleteBagus kak
ReplyDelete:')
ReplyDelete:")
ReplyDeleteBagus banget, kak. Sederhana tapi dikemas dengan kata-kata yang sangat menarik. Like this :)
ReplyDeletegood job mba dwita :)
ReplyDeletekata per kata sempurna banget
awal baca biasa aja dan makin ke pertengahan jadi timbul emosi tuk bacanya .
i love your blog :D
Sukses mba dwita
lagu coveran di blognya enak..
ReplyDeleteCeritanya seperti kisahku yg dlu :')
ReplyDeleteKisahku banget ini mbak dwitaaa 😭😭😭
ReplyDeleteAku pengagum semua karyamu. Sukses ya mbak dwita, aku mencintaimu selaluuuu 😁😚
:''')
ReplyDeleteHiks hiks... aku bangetz...
ReplyDeleteTp aq g bz pergi
Pernah kejadian soaal ini mbak. Ohiya raksasa dari jogja sudah tayang? atau aku yang kelewat?
ReplyDeletepas banget dengan kejadian yang dialami temen gua !
ReplyDeletekak,boleh repost yaaa?
ReplyDelete