16 May 2012

Aku Tak Minta Banyak Hal, Tuhan

Tuhan... selamat pagi, atau selamat siang, dan selamat malam. Aku tak tahu di surga sedang musim apa, penghujan atau kemaraukah? Ataukah mungkin sekarang sedang turun salju? Pasti indah. Kalau boleh berbincang sedikit, aku belum pernah melihat salju. Mungkin, kalau aku sudah cukup dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri, aku akan bisa menyaksikan salju, dengan mata kepalaku sendiri.

Aku tahu Kamu tak pernah sibuk. Aku tahu Kamu selalu mendengar isi hatiku meskipun Kamu tak segera memberi pukpuk di bahuku. Aku tak perlu curiga padaMu, soal Kamu mendengar doaku atau tidak. Aku percaya telingaMu selalu tersedia untuk siapapun yang percaya padaMu. Aku yakin pelukanMu selalu terbuka bagi siapapun yang lelah pada dunia yang membuatnya menggigil. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang patah.

Masih tentang hal yang sama, Tuhan. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang selalu kuperbicangkan sangat lama bersamaMu. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap frasa kata ketika aku bercakap panjang denganMu.

Aku sudah tahu, perpisahan yang Kauciptakan adalah sesuatu yang terbaik untukku. Aku mengerti kalau Kamu sudah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya. Tapi... bukan berarti aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan?

Nah... kalau yang ini, aku juga sudah tahu. Dia sudah menemukan penggantiku, entah lebih baik atau lebih buruk dariku. Atas alasan apapun, aku harus turut bahagia mendengar berita itu, karena ia tak perlu merayakan kesedihannya seperti yang aku lakukan beberapa hari terakhir ini. Seiring mendapatkan penggantiku, ia tak perlu merasa galau ataupun merasa kehilangan. Sungguh... aku tak pernah ingin dia merasakan sakit seperti yang kurasakan, Tuhan. Aku tak pernah tega melihat kecintaanku terluka seperti luka yang belum juga kering di dadaku. Aku hanya ingin kebahagiaannya terjamin olehMu, dengan atau tanpaku.

Tolong kali ini jangan tertawa, Tuhan. Aku tentu saja menangis, dadaku sesak ketika tahu semua berlalu begitu cepat. Apalagi ketika dia menemukan penggantiku hanya dalam hitung jam. Aku memang tak habis pikir. Padahal, aku sedang menikmati perasaan bahagia yang meletup pelan-pelan itu. Bukannya ingin berpikiran negatif, tapi ternyata setiap manusia punya topengnya masing-masing. Ia berganti-ganti peran sesukanya. Sementara aku belum cukup cerdas untuk mengerti wajah dan kenampakan aslinya. Aku hanya melihat segala hal yang ia tunjukkan padaku, tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatinya.
Aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Bagaimana hubungannya dengan kekasih barunya. Aku tak terlalu ingin mengurusi hal itu. Aku yakin dia pasti bahagia, karena begitu mudah mendapatkan penggantiku. 

Aku percaya dia sedang dalam titik jatuh cinta setengah mati pada kekasih barunya, dan tidak lagi membutuhkan aku dalam helaan napasnya. Permintaan yang sama seperti kemarin, Tuhan. Jagalah kebahagiaannya untukku. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya adalah segalanya yang kuharapkan. Bahkan, aku rela menangis untuknya agar ada lengkungan senyum di bibirnya. Aku ingin lakukan apapun untuknya, tanpa melupakan rasa cintaku padaMu. Aku memang tak menyentuhnya. Tapi... dalam jarak sejauh ini, aku bisa terus memeluknya dalam doa.

Pernah terpikir agar aku bisa terkena amnesia dan melupakan segala sakit yang pernah kurasa. Agar aku tak pernah merasa kehilangan dan tak perlu menangisi sebuah perpisahan. Rasanya hidup tak akan terlalu rumit jika setiap orang mudah melupakan rasa sakit dan hanya mengingat rasa bahagia. Namun... aku tahu hidup tak bisa seperti itu, Tuhan. Harus ada rasa sakit agar kita tahu rasa bahagia. Tapi, bagiku rasa sakit yang terlalu sering bisa membuat seseorang menikmati yang telah terjadi. Itu dalam persepsiku lho, Tuhan. Kalau pendapatMu berbeda juga tak apa-apa.

Aku memang tak perlu meratap, karena sepertinya ia bahagia bersama kekasih barunya. Ia pasti telah menemukan dunia baru yang indah dan menyenangkan. Aku turut senang jika hal itu benar, kembali pada bagian awal, Tuhan. Aku tak pernah ingin dia merasakan sakitnya perpisahan, seperti yang aku rasakan.

Akhir percakapan, aku tidak minta agar dia segera putus dari kekasihnya, atau hubungan mereka segera kandas di tengah jalan. Aku hanya minta agar ia sembuh dari maag akutnya. Agar ia terhindar dari vertigo parahnya. Agar muntah darahnya berhenti ketika tubuhnya kelelahan. Semoga kekasihnya mengerti betul penyakitnya seperti aku mengerti rasa sakitnya.

Kembali pada bagian awal. Aku hanya ingin ia bahagia. Cukup.

75 comments:

  1. kak dwita, boleh ijin share yaaa? makasih :D

    ReplyDelete
  2. postingan2nya sangat bagus, menarik dan bermanfaat,,terus menulis,,karena dengan menulis kita bisa mengembangkan imajinasi kita dan menjadikan kita lebih kretaif..serta kadang bisa menghibur orang lain.. ^_^

    salam kenal
    kalau berkenan silahkan mampir ke EPICENTRUM
    folloback juga ya buat nambah temen sesama blooger,,tukeran link juga boleh,,makasih..^_^

    ReplyDelete
  3. bagus banget
    kata kata --> Harus ada rasa sakit agar kita merasa bahagia ...
    Keep writing XD
    tulisan nya baguss

    ReplyDelete
  4. (y)
    mbak , permisi ijin mau share yaa :)

    ReplyDelete
  5. kisahnya hampir mirip dengan kisahku :)
    kerennn !!!!

    ReplyDelete
  6. aku tak sendiri banyak kisahku yang tertuang dalam tulisanmu , dan beberapa komentar yang merespon tulisanmu .. memang , kita perlu sakit untuk bahagia , kita perlu sakit dan merasakannya berulang ulang untuk dapat mengerti dan menuangkannya semua ke dalam bentuk apapun termasuk sifat n sikap kita .. ku tunggu tulisanmu selanjutnya dwita :D

    ReplyDelete
  7. atuuh.. pengen bisa nulis kayak mba dwitasari :) .

    ReplyDelete
  8. Andai semua wanita sepertimu..

    ReplyDelete
  9. yah netes air matanya :(

    ReplyDelete
  10. Kak dwita ,boleh si share kah ? :)

    ReplyDelete
  11. Nice to blogwalking here :))
    Mind to VisitBack ?? :)

    ReplyDelete
  12. Tuhan pasti punya rencna lain utk anda mbak :')

    ReplyDelete
  13. kak boleh aku share diblogku gaa? tapi aku cantumin nama kakak ko. aku cuma ingin mantanku baca ajaa:D soalnya ini kisahku bangeet. minta izin ya kak;)

    ReplyDelete
  14. kaka boleh aku copas di note fcbk? ini kisahku bgt :) boleh yaa:)

    ReplyDelete
  15. bagus.. bagus.. :-)

    ReplyDelete
  16. ka aku izin share difacebook ya ka, aku pake nama kakak ko ka :)

    ReplyDelete
  17. Cukup menginspirasi, seperti sebuah slogan "kenyamanan anda adalah prioritas kami",,nice

    ReplyDelete
  18. That's love. Dia mesti menyesal sudah menyia-nyiakan kamu sayang :)

    ReplyDelete
  19. keren banget! pengen nangis bacanya :"

    ReplyDelete
  20. dwita keren banget sama kaya cerita cinta gue yg kandas. Doanya pun hampir sama. mungkin kamu adalah perempuan yg berjiwa besar :)

    ReplyDelete
  21. kak, keren banget. semuanya sama apa yang lagi aku rasain :" izin coppas yaa, nanti ada nama kakak kok ;) thanks for being my inspiration, God bless ({})

    ReplyDelete
  22. saya sepertinya merasakan hal yang sama :')

    ReplyDelete
  23. Keren banget..
    Minta kunjungan baliknya ya kawan Blog Mas Hanif

    ReplyDelete
  24. penyakit maag akut dan muntah darahnya sama denga apa yg pasangan akku (DULU) alami ka :'
    aku juga berharap kalau pasanganku (DULU) bahagia dengan pilihannya yg baru dan semoga pilihannya itu cukup baik dan cukup perhatian untuk mengerti kesehatan pasanganku (DULU) :")

    ReplyDelete
  25. Keren,sesuai yg saya rasa saat ini,
    Jempol buat ka dewita,

    ReplyDelete
  26. Saya merasakan ini, persis seperti ini... Tapi dia tak muntah darah

    ReplyDelete
  27. pengalaman aku bgt kak :")

    ReplyDelete
  28. Kak sumpah keren banget.. Izin share ya

    ReplyDelete
  29. keren sekali kakak :) pengen deh jadi penulis hebat sprti kakak :) GBU hestisimarmata.blogspot.com

    ReplyDelete
  30. kakak sabar :) aku juga pernah ngerasain itu :(

    ReplyDelete
  31. terus berkarya ya kak,,, keren,,,,

    ReplyDelete
  32. touches :'D
    just like story of my love life

    ReplyDelete
  33. ka dwitta aku ijin share ya... tapi tetep aku apresiasi nyaa ke kaka :D jia you :*

    ReplyDelete
  34. kak , pinter banget sih buat kata-kata nya . aku suka banget sama kata-kata nya . pengalaman ku banget kak .

    ReplyDelete
  35. kata kata nya nyentuh banget ka, ijin share ya :)

    ReplyDelete
  36. isinya ngena banget kak, ijin share yaakk :)

    ReplyDelete
  37. isinya ngena banget kak, ijin share ya..:)

    ReplyDelete
  38. pernah bgt ada dalam situasi ini,

    ReplyDelete
  39. keren, seperti yang ku alami :)

    ReplyDelete
  40. keren, seperti yang ak alami sa'at ini :)

    ReplyDelete
  41. dwita selain jadi penulis, harus jualan tishue nih! :"(

    ReplyDelete
  42. kenapa harus cerita ini seperti kisahku...

    ReplyDelete
  43. Sama kayak aku ceritanyaaa:)
    Dan semoga dia bahagia dgn jalannya n pilihannya aku memelukknya dalam doa ku.

    ReplyDelete
  44. kakak serius demi aja ini kece badai... bukannya aku cengeng tapi setiap kata2nya itu sama kaya yang tak rasain... mewek kakkkk :"

    ReplyDelete
  45. Kerennn :")))) kak izin share yaa :")

    ReplyDelete
  46. merinding aku mah.
    kerennnnn abiizzzzz

    ReplyDelete
  47. Gilss baguss :) menyentuh

    ReplyDelete