14 January 2012

Sepotong Senja Untuk Mantanku*

13264570972014735991


“Bagas, Lintang, Langit, Laut! Itulah nama anak-anak kita.” ucapmu semangat, dibalut senyum yang mengembang di sudut bibirmu.

“Matahari, Bintang, Langit, Laut? Artistik sekali ya?” jawabku menanggapi pernyataanmu.

“Jelas!” ujarmu singkat, tawamu tetap menyeruak.

Sudah beberapa bulan sejak peristiwa itu, namun ingatanku masih begitu kuat tentangmu. Masih tersulut tawa renyahmu, masih kuingat caramu mengungkapkan rasa, dan masih begitu lekat suaramu menggelitik gendang telingaku. Dulu, aku dan kamu sempat menjadi kita, kita yang saling menyatukan rasa. Sosokmu yang penuh tanya, memaksaku untuk terus mencari jawabnya. Inikah yang disebut cinta? Selalu butuh tanya dan jawaban.

Jarak antara Jogjakarta dan Bogor memang masih setia membusungkan dada, menyombongkan diri atas prestasi yang ia tekuni, memisahkan dua orang yang saling mencintai, menjauhkan dua insan yang masih saling berbagi rindu. Jarak memang tak selalu mampu kita tembusi. Sehingga kita berkencan dengan waktu, dan orang-orang menatapnya penuh tanya. Aku dan kamu menelan rindu diam-diam. Kita juga tak bisa berbuat apa-apa, ketika jarak memang mempunyai hak untuk menjauhkan.

Semua mengalir dengan begitu indah, hingga pada sewaktu-waktu kamu mengatakan hal yang mencengangkan, “Ibuku tidak terlalu menyukai wanita Jawa.”

“Lalu, bagaimana denganku? Bagaimana dengan kita?” tanyaku cemas.

“Tapi, aku menyukaimu.” Jawabmu singkat, aku tertegun. “Ibu baik kok, yang berhak memilih kan aku.”

Beberapa menit kemudian, kita berseteru. Percakapan yang mengalir lewat mata berkaca, kali pertama aku mendengar suara tangismu, begitu lembut, begitu tulus. Aku masih ingat usaha kerasmu untuk menguatkan langkah kita, agar tak ada yang merasa tersakiti di tengah jalan. Seandainya tak ada jarak, mungkin kita bisa saling menguatkan. Tapi, apalah daya yang kaupunya dan kupunya? Kita hanyalah dua manusia angkuh yang nekat melawan arus perbedaan. Aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk berkenalan bukan untuk menjadi pasangan kekasih Tuhan.

Rindumu dan rinduku tak lagi saling menyapa. Aku dan kamu takkan mungkin bisa seperti dulu, semua berbeda, semua berubah. Aku dan kamu tak mungkin lagi menjadi kita, karena di sana mungkin kautelah bersama pilihanmu, dan di sini bersama pilihanku.

Kutahu kaubegitu mencintai senja dan kilau lembutnya. Kutahu kausempat memimpikan bisa melihat senja bersama dengaku, bersama dengan anak-anak kita. Tak sempat kulihat wajah Bagas, Lintang, Langit, dan Laut, karena perpisahan tergesa-gesa menjalankan tugasnya, untuk membuat aku dan kamu seakan-akan tak pernah saling mengenal.

Maaf, karena aku tak mampu memberi keindahan dalam hidupmu. Maaf, karena aku tak bisa menggambarkan senja di bola matamu. Maaf, karena kubiarkan kamu memasuki hidupku. Harusnya kuakhiri segalanya, ketika kubiarkan kaumasuki hidupku. Jadi, takkan pernah ada kita dalam dongeng sebelum tidur ataupun dalam sejarah yang tak dibukukan.

Biarkan saja angin bersenandung sendiri
Biarkan saja wajahmu menggantung dalam sunyi
Biarkan saja tawa renyahmu menghantui hari
Itulah tanda
bahwa aku membiarkan diriku
untuk tetap merindukanmu
Hingga sekarang, masih ada doa yang mengaliri malam-malammu
Masih ada doa yang menghakimi kebahagiaanmu
Masih terucap lirih doaku, untuk menuntunmu pulang
ke sini…
pulanglah…
aku merindukanmu

26 Juli, ponselmu dan ponselku jadi saksi, dua hati menjadi satu, melebur dalam perbedaan. Kamu pria yang sempat menjadi senja dan malamku, pria yang menjadi teman begadangku, si mata sipit yang pernah menjelma menjadi tangis dan tawaku.

*Terinspirasi dari cerpen Seno Gumira Ajidarma

27 comments:

  1. ke-ren ba-nget! ka!! *penuh penekanan* >,< suka bgt sama tulisan2mu

    ReplyDelete
  2. Menarik!!!!
    tanpa bermaksud jelek, tapi aku bingung kamu bisa nulis "with love" sama mantan sementara ada si Taring yang luar biasa tampan itu??? hehehhe...
    aku kadang gak ngerti pikiran wanita....

    (btw, salam kenal. ijinkan aku untuk menjelajahi "dunia"mu)

    ReplyDelete
  3. suka banget sama hasil karyanya :))

    ReplyDelete
  4. bguus bgeet..
    kereen kta2 nya...
    sptii ikut merskn...
    slm knl..

    ReplyDelete
  5. Emmp, gak bisa berkata kata lagi ;')

    #kisah ini pernah ada dalam hidupku

    ReplyDelete
  6. kereeeeennn o(>o<)o

    *teriak sambil lempar bunga*

    ReplyDelete
  7. Kereen bangeet kak :') dibuat noveel aja giih, entaar aku beliii :'D sukses yaa

    ReplyDelete
  8. keren banget

    dan ini yang sedang gue asain sekarang

    ReplyDelete
  9. kereeennnnnnnnnnnnnnn dan aku banget kak

    ReplyDelete
  10. keren banget!! pas dengan suara hatiku juga :')

    ReplyDelete
  11. sama nih kisah nya , baru 3 tahun jalani kisah beda agama ini... beda nya saya yang nasrani cewek saya seorang muslim...

    ReplyDelete
  12. terharu kak bacanya :') KEREEEEEN!!!!!

    ReplyDelete
  13. Kisahnya mirip kak. Klaten-bekasi :'(

    ReplyDelete
  14. sampai tanggal jadianpun samaaa, berharap wido membacanya, pelukjauh malaikatmu :')

    ReplyDelete