Untuk Zombie-ku,
Aku tidak pernah sesedih ini ketika membuka layar handphone. Dulu, ketika melihat pesan
singkatmu di ponselku, aku selalu tersenyum, dan seharian kita bertukar kabar,
malam harinya kita saling mendengar suara lewat ujung telepon. Namun,
akhir-akhir ini, pesan singkatmu adalah hal yang selalu membuatku takut untuk
melirik handphone, cacian dan
bentakanmu membuatku sadar, aku kehilangan dirimu yang dulu.
Ketika menyadari kamu telah berubah, setiap hari aku
berusaha mengembalikan dirimu yang dulu. Mengingatkanmu pada mimpi-mimpi kita
dulu, memintamu memahami bagaimana dulu kita pernah saling mencintai,
membuatmu paham ada seseorang yang tak ingin diam ketika melihatmu tiba-tiba
jadi seseorang yang berbeda. Telah kutinggalkan semua, Sayang, pria-pria itu
sesuai kemauanmu. Telah kulepaskan semua, demi kamu yang kupikir akan membahagiakanku.
Kuputuskan saatnya untuk bertemu kamu, walaupun dalam pesan
singkat kamu sudah bilang lelah dengan segala sikapku, bosan dengan semua
perjuanganku. Tapi, Sayang, aku ingin kamu tahu, aku baru akan berhenti jika
kaujelaskan mengapa kaujadi berubah begini.
Perempuan mana yang
tidak kecewa melihat orang yang dia cintai tiba-tiba memilih lari dan pergi
tanpa alasan dan penjelasan? Kamu tahu aku perempuan yang dibesarkan untuk
meminta semua penjelasan dari apapun yang kualami dan terjadi. Aku tak bisa
menerima kepergianmu dan perpisahan kita seperti perempuan yang digambarkan di
banyak media, yang harus sabar menunggu, yang harus diam menanti. Aku berbeda,
Sayang, dan kuharap kaumampu memahami kerasnya sikapku ini. Apakah aku terlalu
egois untuk tahu alasanmu?
Malam itu, sebenarnya aku pun ragu untuk menghampirimu. Rencananya,
seusai menonton kamu pentas teater, aku ingin meninggalkan FIB UGM.
Meninggalkan kenangan-kenangan yang pernah kita buat di sana. Melupakan setiap
sudut yang mengingatkan aku padamu.
Ketika kita bertemu di pelataran Margono FIB UGM, akhirnya
aku bisa melihat bagaimana sinar matamu ketika melihatku. Kamu memegang
pergelangan tangan kananku dan memegang bahuku. Sebelum berniat menemui kamu,
aku membelikanmu minuman yang kuberikan untukmu, walaupun bukan segelas air
putih hangat yang menjadi minuman kesukaanmu. Kamu mengucapkan beberapa kata
yang berusaha kupahami di tengah riuhnya suasana seusai pementasan teater yang
kaumainkan. Aku membelai rambutmu yang berantakan, juga wajahmu yang didandani
merah-merah menyeramkan layaknya zombie betulan.
Kamu malu-malu, akupun begitu. Kamu bertanya soal supirku
yang menjemput di depan FIB UGM. Lalu, kita berbasa-basi sebelum kamu pergi dan
melaksanakan evaluasi. Kita tak berbicara soal perasaan atau membahas soal
kejelasan status kita. Aku pergi, iya, akupun pergi begitu saja. Kamu tidak
mengejarku dan di parkiran FIB UGM semalam, air mataku meleleh habis-habisan.
Pagi ini, sepulang dari gereja di depan UKDW itu, aku
membuka ponsel yang sengaja kutinggalkan di rumah. Kubaca pesan singkatmu yang
meminta aku menjauhimu karena kamu telah memiliki kekasih. Aku memejamkan mata
dan berkata dalam hati, secepat itu? Sampai
saat menulis ini, aku masih remuk dan tak percaya pada keputusanmu.
Kukira kita saling jatuh cinta, ketika kaubilang kamu mulai
penasaran ketika ada sosok perempuan yang memilih UI lalu meninggalkan UGM. Kukira
kita saling jatuh cinta, saat percakapan tengah malam yang diselipkan dengan
beberapa kata sayang dan rindu itu terucap dari bibirmu dan bibirku; bibir
kita. Kukira kita saling jatuh cinta, saat kaubilang kautelah berubah menjadi
pria lemah lembut ketika berbicara denganku. Kukira kita saling jatuh cinta,
ketika kamu ucapkan kata sayang tanpa memberika status dan kejelasan.
Aku sudah meninggalkan semua, datang padamu, entah dengan
cara tolol agar kamu kembali. Aku menginginkan kamu yang dulu, kita yang dulu,
yang masih baik-baik saja. Apa aku salah jika aku meminta penjelasanmu atas
perubahanmu yang sampai saat ini tak bisa kupahami? Kenapa sampai saat ini
kaumasih sulit percaya pada perasaanku? Mengapa kaubilang aku dekat pada banyak
pria yang sebenarnya mereka semua adalah temanku? Aku sudah datang padamu, tapi
kamu tidak ingin pulang, dan kaulebih lebih asik pada orang-orang yang mungkin
tak memahamimu sedalam aku memahamimu. Aku sudah meninggalkan semua yang
kaubenci, demi memintamu kembali, tapi kamu malah pergi tanpa alasan dan
penjelasan.
Semoga keputusanmu bukan karena kamu selalu bilang perempuan
dengan status sosial seperti aku tak ingin menghabiskan sisa hidup dengan pria
sederhana. Semoga kepergianmu bukan karena kamu takut pada kesetiaanku pergi
menghadap Tuhan setiap hari Minggu, sementara kauingin mengajakku lima waktu. Semoga
bukan karena perbedaan itulah, kamu menyerah memperjuangkan perasaanmu.
Berbahagialah dengan wanita pilihanmu, semoga dia memahami
sikap kasarmu, seperti aku berusaha memahami amarahmu mengeluarkan seluruh ini
gembira loka dan safari ketika kamu marah dan lelah.
dari si tukang galau
yang cintanya berkali-kali kauanggap mainan
yang perasaan berkali-kali kauhancurkan.
bagus.
ReplyDeleteizin dibagiin boleh ?
Yach gembira Loka dan safari...
ReplyDeleteGembira Loka dan safari
ReplyDeletePain pain goes away :"""""
ReplyDeletesedih deh bacanya..
ReplyDelete:")
ReplyDeleteKeren :)
ReplyDeleteterharu
ReplyDeletePemuda itu labil
ReplyDeleteJadi kalau ada pemuda bersumpah, jangan percaya-percaya amat... Apalagi judulnya 'Sumpah -saya- Pemuda'... wkwkwkwk....
Baru kali ini liat blog mbak dwitasari, tpi langsung jatuh cinta. Keren
ReplyDeleteMungkin dya msh mencintaimu, alasan kekasih baru, mungkin menutupi dr alasan yg sbenarnya bahwa dya mencintaimu, tp perbedaan agama dan status, yg tidak memungkinkan utk bersatu.
ReplyDeletekeren
ReplyDeletekeren kax
ReplyDeletekeren
ReplyDeletewaaah.. ini pribadi y dwit?
ReplyDeletenyentuh banget mbak,, sekalipun saya lelaki, tapi memang perasaan seperti itu tidak hanya ada di wanita, namun juga di laki-laki.
ReplyDeleteIzin share y.. Crita'a ampir mirip dgn kisahku.. :'(
ReplyDeleteIzin share y.. Crta'a ampir mirip dgn kisah q :'(
ReplyDeleteKeren kak ;)
ReplyDeletekeren... mengalir banget ceritanya
ReplyDeletepernah ngalamin situasi yang hampir sama kaya gini :l
ReplyDeleteaa,, knp ini sesuai sekali sama kisahku,, aku jg memanggilnyya zombie :(
ReplyDelete"Kenapa sampai saat ini kaumasih sulit percaya pada perasaanku? Mengapa kaubilang aku dekat pada banyak pria yang sebenarnya mereka semua adalah temanku? Aku sudah datang padamu, tapi kamu tidak ingin pulang, dan kaulebih lebih asik pada orang-orang yang mungkin tak memahamimu sedalam aku memahamimu. Aku sudah meninggalkan semua yang kaubenci, demi memintamu kembali, tapi kamu malah pergi tanpa alasan dan penjelasan."
ReplyDeleteMiris kak = aku banget. :')
Kerenz banget guys. :D
ReplyDeleteGue banget kok ya :'
ReplyDeleteBagus banget kisahnya sedih tapi buat aku punya kepinginan menyampaikan isi hatiku seperti mbak. Tapi gak tau gmana caranya bikin blok seperti ini. Aku pun punua kisah yg gak jauh beda sama mbak aku juga kepingin menyampaikan semua perasan ku ini pd seseorang yg hinga kini gak tau di maana dia ber ada. Tks sebeoumnya dan sukses bwt sampean terus ber karya semoga sukses semua karya2nya amiiiin
ReplyDeleteDalem kak ceritanya langsung kena di hati...
ReplyDeleteDalem kak ceritanya langsung kena di hati...
ReplyDeleteDalem kak maknanya langsung kena di hati.....
ReplyDeletelike this :)
ReplyDeletemenyentuh hati ,
ReplyDeletecara merangkai katanya :)
ReplyDeleteIzin share ya kaa
ReplyDeletebaru sekali baca tapi udah suka sama kata dan ceritanya :)
ReplyDelete