31 May 2014

Aku yang Kamu Sembunyikan

Pertemuan kita bukan suatu kebetulan. Aku selalu percaya itu dan entah dengan keajaiban apa, Tuhan menyebabkan kita saling berkenalan. Perkenalan itu tak menimbulkan kesan apapun pada awalnya. Aku menganggapmu pria biasa, yang ingin berkenalan, berbagi cerita, berbagi apapun yang bisa dibagi. Kamu tak pernah benar-benar tahu tentangku, seperti aku tak benar-benar tahu tentangmu. Kamu tak tahu aku penulis, yang kamu tahu aku hanyalah gadis lugu yang berkuliah di salah satu universitas ternama di Depok, yang kautahu aku hanya gadis belasan tahun yang punya banyak mimpi, dan yang kautahu aku hanyalah perempuan biasa yang tak banyak berdandan dan bersolek di depan cermin.

Kamu mengungkapkan kekagumanmu, aku pun juga mengungkapkan kekagumanku. Setelah banyak cerita, akhirnya kita memutuskan untuk bertemu. Langit Depok yang cerah kala itu menjadi saksi bahwa dua orang anak manusia dipertemukan semesta untuk jatuh cinta. Aku tak tahu hal ini dinamakan apa, kita berkenalan memang belum terlalu lama, namun rasanya aku selalu ingin berada di dekatmu juga berada di sampingmu. Kamu tak menuntutku untuk menjadi wanita yang seutuhnya bisa kauatur, kamu memperlakukanku semanis mungkin, menggenggam jemariku seakan tak mau kehilangan. Tahukah kamu, dari semua perlakuanmu padaku itu membuat aku semakin takut kebersamaan kita tiba-tiba terbelah karena komunikasi kita yang berantakan.

Aku tak tahu arti tatapan matamu setiap kali kamu membicarakan cinta padaku. Fakta-fakta yang tak bisa kupungkiri adalah dunia hanya sebesar daun kelor. Kita ternyata pernah satu sekolah dasar, sangat Depok sekali, sama-sama senang menertawakan diri sendiri. Aku tak mengerti arti genggaman tanganmu setiap kali kaubilang kaumulai mencintaiku dan tak ingin aku hilang dari pandanganmu. Aku tak tahu arti rangkulanmu di tengah hujan di kota Depok kala itu. Aku tak tahu arti janjimu untuk mengajakku ke gereja, ingin memperkenalkan aku pada ibumu, ingin ke rumahku bertemu dengan orangtuaku. Aku tak tahu, Hasianku, dan kenyataan yang harus kuterima adalah nampaknya aku mulai mencintai pria Batak yang selalu datang dan pergi ini. Nampaknya, aku mulai mencintai kamu.

Aku berjalan mengarungi hari bersamamu, menghadapi datang dan pergimu, bergelut dengan rindu yang mungkin tidak kaumengerti. Kamu terlalu gaib untukku, Hasian, kamu terlalu jauh untuk kugapai, dan aku yang sedang dalam keadaan sangat berharap ini sedang ketakutan jika kautiba-tiba pergi seakan tak pernah terjadi apapun di antara kita. Malam ini, aku sedang dalam keadaan mempertanyakan semua, mempertanyakan perasaanmu padaku, mempertanyakan apa tujuan hubungan yang kita jalani selama ini, mempertanyakan semua arti pelukan, candaan, bisikkan cintamu yang selalu berhasil memabukkanku.

Dalam keadaan sering kehilangan kamu, aku selalu mempertanyakan apa yang Tuhan mau. Aku melihat dirimu sebagai sosok pria yang tangguh, seiman, menyenangkan, humoris, dan pendengar yang baik. Kamulah pria yang selama ini kehadirannya selalu kutunggu. Pria sepertimulah yang langka bagiku, yang sangat jarang masuk ke dalam hidupku. Ketika menemukanmu, aku seperti menemukan oase menyegarkan yang menghilangkan dahagaku. Dahaga karena terlalu sering berlari dan mencari hal yang tak pasti, haus yang dihasilkan karena aku terlalu sibuk melompat dari satu hubungan ke hubungan lain, hingga aku lupa sebenarnya apa yang kucari selama ini.

Aku menatap matamu dan menyadari betapa semua ini bisa saja berakhir jika kaubosan. Aku ingin bilang padamu bahwa aku menginginkan status dan kejelasan, karena selama ini kausudah tunjukkan dunia yang membahagiakan untukku. Tapi, setiap kali melihat matamu, setiap kali mengingat perkenalan kita yang nampaknya tak lebih dari persinggahan buatmu, rasanya aku semakin merasa kecut. Aku ingin menangis dan air mata ini belum tentu kaupahami. 

Rasanya aku ingin memberhentikan pencarianku padamu. Rasanya aku ingin kaujadi akhir dari pelarianku. Rasanya aku ingin hubungan kita bisa lebih lama dari yang pernah kubayangkan dan kutakutkan. Rasanya aku ingin bertanya, apakah kaumulai mencintai sosok wanita yang tak pernah mengakui bahwa di luar dia adalah wanita hebat sementara bersamamu dia merendahkan hatinya, mengecilkan egoisnya, melumat habis gengsinya; karena dia sangat mencintai kamu. Rasanya aku ingin berkata padamu, bahwa aku menunggu kamu tak lagi menjadikanku pelarian, aku menunggumu tak lagi menjadikanku persinggahan. Aku menunggumu menjadikanku tujuan, menjadi tempat kauselalu pulang, menjadi peluk tempat kamu meletakkan tangis.

Jika kautahu wanita ini sudah tersakiti bergitu parah, sudah pernah dilukai habis-habisan oleh pria lainnya, masa, sih, kamu tak ingin bahagiakan dia dengan memberikan dia kejelasan status? Walau selalu terlihat tertawa dan jenaka, sebenarnya di dalam hati ini ada perasaan yang masih kusembunyikan; aku mencintaimu dan sedang dalam keadaan sangat takut kehilangan kamu.

Hasianku, maukah kau memperkenalkanku pada ibumu? Maukah kamu kuperkenalkan pada ibuku? Maukah kau berhenti menyembunyikanku dari sorotan mata dunia?

Sayang, aku butuh pengakuan.

dari perempuan
yang selalu mendengar bisikan ini darimu:
"kamu terlalu baik, Sayang."

9 comments: