26 May 2014

Tanpa Kabar darimu

Sekarang, aku harus membiarkan diri untuk bernapas tanpa perhatianmu. Aku mengawali hari, sambil menatap ponselku yang sepi tanpa kabarmu. Aku mencoba menerima kenyataan ini, sebagai gadis yang bukan siapa-siapamu, aku tak bisa menuntut banyak. Aku hanya bisa mencintaimu dari sini dan jika rindu; yang kulakukan hanya satu.... membaca ulang pesan singkat kita.

Pagi tadi, aku melawan panasnya udara di kotaku untuk mengurus banyak hal yang tak pernah kautahu. Aku berkeliling dari Polres Bogor sampai Polres Depok, dari Bank Mandiri hingga Bank BRI. Sambil tetap berharap kaumenyapaku barang sedetik saja, entah mengucap halo atau mengingatkan agar tidak telat makan, atau mungkin berkata rindu setelah beberapa hari kita tak bertemu. 

Abaikan itu semua, Sayang, kautahu sejak awal aku adalah wanita yang tahan banting disakiti berkali-kali jika sudah terlalu mencintai. Namun, semakin lama, semakin kusadari, mencintaimua dalah ketololan yang harusnya tak kulanjutkan. Aku harusnya tak perlu seberlebihan ini, tak perlu berharap terlalu banyak, tak perlu memimpikanmu agar memiliki perasaan yang sama. Tak perlu, Sayang, lupakan gadis tolol yang masih umur belasan ini, lupakanlah bahwa kita pernah berada dalam keadaan baik-baik saja, lupakanlah semua kata cinta dan rindu itu; bualanmu yang harusnya tak kupercayai dari awal.

Aku terlalu meyakinkan diriku bahwa suatu saat nanti kauadalah sosok yang akan membahagiakanku. Aku telah memimpikan banyak hal, kauakan membawakan matahari untukku dan mengusir semua mendung yang menutupi hariku. Kauakan bawa aku ke langit paling cerah, membawaku terbang; melihat betapa di kotaku yang padat ini masih ada bunga-bunga yang bisa membuat kita tersenyum. Kamu akan membawaku pulang ke hatimu dan kita membuat banyak daftar mimpi baru untuk kita wujudkan bersama, namun aku salah, Sayang, kamu tidak sehebat itu. Kamu tak cukup hebat untuk kuperjuangkan mati-matian.

Siang tadi, sepulang mengurus berkas-berkas yang menguras tenagaku, aku masih menatap ponsel berkali-kali, berharap itu kamu yang mungkin saja sama rindunya denganku. Sayang, kautahu aku ini gadis yang senang marah-marah tapi di dalam hati ini ada rindu yang ingin ikut meledak dalam amarah. Seperti janji-janji kita pada setiap percakapan telepon, suatu hari nanti, entah kapan Tuhan mau inginkan hal itu terjadi, kita pasti akan berpeluk secara nyata. Doa yang kusebutkan saat malam itu pasti menemukan jawabannya dan jawabannya itu adalah kamu. Tapi, aku tak tahu kapan saat itu datang, aku tak tahu harus bersabar berapa lama lagi. Aku tak tahu harus menunggumu sampai kapan lagi.

Jemari ini telah lelah mencoba menyentuh hatimu yang dingin. Kaki ini telah tak sanggup lagi melangkah karena enggan kaubawa lari jauh-jauh lagi, aku takut di persimpangan jalan sana, kauakan meninggalkanku, mengejar tujuanmu sendiri tanpa menyertakan aku dalam langkahmu. Adakah kautahu, Sayang, gadis yang selalu menunggumu pulang ini tak akan secerewet ini jika sehari saja kaukabari dia, kausapa dia, kauberi sedikit cium meskipun cium itu masih berbentu emoticon dan tulisan.

Aku sendiri kesepian, aku kehilangan senyumku, senyumku seakan-akan tergantung pada kehadiranmu. Kaujauh di sana entah sedang menyelamatkan mimpi siapa, mungkin di sana kaujuga lupa ada yang diam-diam mendoakanmu, melipat tangannya, menitikan air matanya, saat berkali-kali namamu tak absen dalam doanya.

Sayang, tolong kembalikan senyumku. Eh, tapi tadi aku sedikit senyum, deh. Aku tadi sedikit tersenyum karena senyum tukang mie ayam yang waktu itu kuceritakan padamu itu, lho. Pria yang namanya tak pernah kuketahui, kios mie ayam yang tak pernah kusinggahi, namun entah bagaimana pria itu bisa jadi sumber cerita dalam buku Jatuh Cinta Diam-diam. Aku ingat sekali, ketika aku bercerita tentang ini, kamu tertawa geli. Mungkin, maksudmu adalah menertawakan kepolosanku, menertawai betapa aku percaya saja menceritakan semua padamu. Aku serius banget ini tapi tukang mie ayam itu senyumin aku dan tiba-tiba aku ingat senyum kamu, aku ingin candaan kita, aku ingin semua; dan mengingat hal itu justru semakin membuatku perih. Aku kangen kamu, ingin ketemu kamu, dan kamu belum tentu mengerti semua itu. 

Ya, pokoknya singkat kata, kamu pulang, ya. Cepet! Aku kangen kamu, kangen kita, kangen semua. Tolong, jangan pergi lagi.

dari penggemarmu
yang tak tahu diri
tak tahu apa-apa
hanya tahu; mencintaimu.

13 comments:

  1. ngena banget kak :(
    buat yang disana, cepat pulang ya :) *eh jadi curhat :D

    ReplyDelete
  2. ngena banget kak :(
    Buat yang disana, cepat pulang ya :) *ehkokjadicurhat :D

    ReplyDelete
  3. Kita kok sama sih Dwita, sampai2 Mei ini produktif banget mosting demi rindu pada sebuah bayangan di sebrang pulau. *curhat

    ReplyDelete
  4. ugggh... keren nih kak :')

    ReplyDelete
  5. Hwaaaa sama kayak yang aku rasain nih kaa! Lagi nunggu seseorang untuk kembali pulang :')

    ReplyDelete
  6. bukannya fokus sama tulisannya, jadi fokus sama soundcloudnya hahahaha

    ReplyDelete