Lanjutkan petualanganmu, menjawab pertanyaan apakah selama ini yang kamu rasakan #SamaDenganCinta ? Sebelumnya baca: Apakah kita akan bertemu lagi?
29
Desember 2014
Aku bangun karena dinginnya udara Jogja
pagi ini. Hujan terus turun sejak malam. Pagi ini, aku mengawali hari dengan
doa pagi, membaca beberapa ayat Alkitab, dan lanjut mandi. Seusai mengenakan
pakaian lengkap, aku kembali memeriksa barang-barang yang harus aku bawa ke
Jakarta. Pesawatku jam 10 pagi ini. Kulihat beberapa pesan singkat telah mampir
di ponselku, aku hanya membalas pesan singkat dari panitia acara seminar
kemarin yang ingin menjemputku.
Waktu begitu cepat berlalu, aku harus
kembali pulang. Aku belum sempat bertemu dengan sahabat-sahabatku di Jogja,
beberapa mantan, dan teman-teman yang dulu membantu aku memberi informasi
mengenai riset novel pertamaku. Dan, aku belum sempat bertemu Radit. Oh, iya,
Radit. Aku langsung membuka aplikasi chat yang semalam aku buka. Ada puluhan
chat yang masuk dan Radit menjadi salah satu orang yang mengiri chat di sana.
“Pagi, Sari.” sapanya singkat.
Dia masih online. Aku segera membalas pesan
tersebut, “Hey, pagi juga. Lagi apa?”
“Lagi siap-siap ke bandara, nih.”
Aku berpikir sejenak, “Ke mana? Pulang?”
“Iya, nggak bisa lama-lama di Jogja,” aku
membaca kalimat itu dengan jantung berdebar, “Ngejar DAMRI yang ke Cibinong
juga, sih. Sampe Soetta nggak dijemput soalnya.”
“Pesawat jam berapa, Dit?” aku tak tahu mengapa
aku tiba-tiba membalas seperti ini, mungkin kali inilah Tuhan mengizinkan aku
bertemu dengannya.
“Air Asia, jam 10 pagi. Makanya bentar lagi
harus berangkat, harus cek in dulu.”
“Jangan lupa sarapan, Dit. Gue off duluan, ya.”
Tanpa menunggu balasan dari Radit, aku langsung
menghubungi panitia seminar yang akan menjemputku, “Hey, udah deket?”
“Sepuluh menit lagi kami sampai di depan
penginapan, Mbak. Mohon maaf bisa tunggu di depan?” ucap suara ramah yang cukup
familiar di telingaku.
“Ya,
aku tunggu di depan, ya.” ucapku gusar sambil menarik koperku menuju pintu
keluar, “Hati-hati di jalan.”
Aku mengantongi ponselku dan berjalan menuju
pintu keluar. Kembali aku melihat aplikasi chat itu sekali lagi, Radit mengirim
sebuah pesan lagi.
“Btw,
selamat Natal. Terlepas lo ngerayain atau nggak. Hahaha. Waduh, jangan off, nanti gue kangen.”
“Gombal lo!" Aku tertawa dalam hati, "Ini gue online lagi. Selamat Natal juga, Dit. Gue ngerayain, kok.”
“Wah,
sama. Gereja mana emang?”
“Gue di Depok, sih.”
“Oh,
kalau gue, sih, di Cibinong aja. Yang deket.”
“Dit,
sorry kalau ngelantur, gue boleh nanya sesuatu?”
“Gue
juga suka ngelantur, kok, hehe. Mau nanya apa?”
Aku menghela napas sebentar sebelum mencoba
mengetik, “Lo percaya kebetulan?”
“Kenapa lo nanya aneh gitu?"
"Jawab aja, sih, bawel, ah! Hahaha"
Kalau kebetulan, gue nggak percaya,” ketik Adit
pertama kali menjawabku, “Tapi kalau takdir, gue lumayan percaya, sih.”
“Takdir?”
“Misalnya,
lo pernah ketemu seseorang, lo ngerasa klop banget sama dia, tapi Tuhan nggak
mengizinkan lo punya kontaknya dia di hari lo bertemu sama dia. Terus, kalian
pisah, gitu aja, nggak aja penjelasan,” jawab Radit cukup panjang, “Namun,
mungkin aja Tuhan punya takdir yang lebih baik buat lo, mungkin aja Tuhan
justru mau kembali mempertemukan lo dan orang itu saat kalian udah sama-sama
dewasa dan jadi orang sukses.”
"Kalau ternyata nggak bakalan ketemu, Dit?"
Radit off. Aku menelan rasa kecewa, padahal aku sangat ingin mengetahui jawaban Radit. Akhirnya, aku menutup aplikasi chat dan menunggu panitia seminar untuk menjemputku.
Mataku
berkaca-kaca ketika membaca pesan Radit tadi. Aku menunggu Radit selama tiga tahun,
kalau pun Tuhan mau mengizinkan aku bertemu dengannya lagi, aku berjanji tak
akan pernah membiarkan Radit pergi dan hilang. Aku tak akan membiarkan Radit
pergi lagi tanpa penjelasan apapun. Ketika sibuk mengatur napasku yang mulai
sesak, seorang panitia seminar yang menjemputku menyapaku dengan ramah. Dia
mempersilakan aku menaiki mobil. Dan, kami membelah jalanan Jogja yang basah,
yang pagi itu telah diguyur hujan cukup lebat.
Sambil menunggu lampu merah, aku kembali membuka ponsel, ada pemberitahuan bahwa Radit telah membalas pesanku. Dengan cepat, aku segera membaca pesan itu.
"Kalaupun nggak diizinkan buat ketemu lagi sama orang yang lo suka, sebagai manusia yang percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana indah, gue bakalan nurut aja, sih. Nggak apa-apa kalaupun nggak ketemu lagi, cukup jadi kenangan aja."
Cukup jadi kenangan? Bisikku dalam hati. Apakah akhir dari pencarianku selama tiga tahun ini justru akan berakhir cukup menjadi kenangan? Selama dalam perjalan menuju Bandara
Adisutjipto, aku terus memikirkan Radit. Aku terbayang bagaimana rangkulan
tangannya yang aku rasakan tiga tahun lalu itu memelukku sangat erat. Aku tak
pernah lupa bagaimana hangat napasnya berbisik di telingaku. Aku dan Radit
sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun, tapi mengapa dia selalu ada dalam
hati dan otakku? Apakah ini #SamaDenganCinta ?
BERSAMBUNG
Ka bagi emailnya dong
ReplyDeleteKa bagi email dong
ReplyDeletelanjutannya dong kak :) terharu bacanya :')
ReplyDeletengebacanya aja sakit kak,apalagi yang ngerasain :")
ReplyDeletelanjutin kak, penasaraaaaan. berharap happy ending :')
ReplyDeleteiilanjutin kak, penasaraaaaan. berharap happy ending :')
ReplyDeleteAku bagi email kaka dong ka?
ReplyDeletecant wait to read the sequel, Dwittt
ReplyDeleteKak, aku juga punya kisah nyata kayak gini, dan aku nggak tau akan berakhir seperti apa nantii.. cerita kakak membuatku terharu dan ingin secepatnya menemui takdir itu. Bagus bngt kak ceritanya: )
ReplyDeleteKak lanjutannya dipercepat ya hee
ReplyDeleteKelak kamu akan bertemu lagi kok sama dia Sar.. :) Percaya deh.. Bener kata dia tuhan punya rencana indah yang ga pernah kita ketahui.. :)
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya kaaak :)
ReplyDeletewaini :D
ReplyDeletewaw nyakitin:'( lanjut kaa
ReplyDeletenasib qt sma,,
ReplyDeletehampir sama ka ceritanya ... terharu bacanya ... :')
ReplyDeleteaku masih dalam penantian ... 3 tahun berlalu aku dan dia dipertemukan dalam sebuah bis .. 3 tahun itu juga dia selalu mengisi otak dan fikiranku .. apakah kita akan dipertemukan lagi.. :') #Semoga ini bukan kebetulan... semoga ada alasan dibalik pertemuan itu... semoga ada rencana tuhan dibalik semua itu .. :')