6 Januari 2015, malam hari
Hingga
selarut ini, aku belum tidur. Seusai menyelesaikan materi untuk workshop esok hari, aku juga
menyelesaikan beberapa deadline novel
yang harus aku selesaikan sebelum akhir Januari. Sambil mendengar Taylor Swift
melantunkan lagu Everything Has Changed,
aku jadi menghitung segalanya yang telah berubah. Ah, aku merasakan perubahan
yang terjadi sebenarnya, aku jadi sering mengharapkan Radit kembali lagi. Ya,
aku memang telah menunggunya selama bertahun-tahun, namun entah mengapa kali
ini aku sangat tidak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya? Perasaan
ini namanya apa? Apakah ini sama dengan cinta?
Walaupun ada banyak hal yang harus aku kerjakan, entah
mengapa beberapa kali aku pun tak lupa untuk melirik ponselku. Aku sangat
menunggu kabar dari Radit karena sejak percakapan kami terakhir tadi pagi, dia tidak
menyapaku lagi. Merasa cukup dengan satu bab yang telah selesai, aku mematikan
laptop dan berkeinginan untuk kembali memeriksa barang di koperku.
Langkahku pelan ke arah koper yang telah berisi banyak
keperluan selama di Jogjakarta beberapa hari ke depan. Aku kembali membuka koper
itu untuk memeriksa barang-barang yang tak boleh tertinggal. Setelah merasa
segalanya cukup rapi, aku kembali menutup koper itu dan merapikan laptopku di
meja kerja.
Ponselku berdering, aku segera meraih sumber suara, kemudian
menerima panggilan tersebut.
“Heh,
belum tidur lo?” sapa suara di panggilan teleponku.
“Baru selesai ngerjain deadline
terus periksa koper.” jawabku enteng.
“Kenapa suara lo? Lesu amat?” seloroh Tyas dengan suara
lantang, bahkan suaranya masih terdengar semangat seperti speaker dangdutan di tengah malam seperti ini.
“Kepikiran Radit, Yas.” aku mengaku dengan lesu, “Dia nggak
ngabarin gue seharian.”
“Jangan kayak anak umur belasan tahun yang baru jatuh cinta,
deh, yang ditinggal dikit sama pujaan hati langsung kecut dan asem gitu
mukanya. Kayak nggak ada hari esok aja.”
“Nahan kangennya itu yang susah, Yas.”
“Lebay lo, ah! Kangen yang kayak gimana? Jangan buru-buru
bilang bahwa perasaan lo itu cinta, deh, atau kangen, atau apapun yang ada
hubungannya sama perasaan. Bisa aja cuma pelampiasan, bisa aja cuma rasa
penasaran, bisa aja cuma lo pengin tahu apa yang sebenernya terjadi ketika
Radit nggak ngasih kontak nomornya ke lo. Plis, deh, Dwit. Hidup harus tetap
berjalan.”
“Tapi, gue nunggu dia, Yas.” aku menghela napas, “Tiga tahun
nggak sebentar.”
Tyas tertawa menyindir, “Dalam rentan waktu itu lo juga
deket sama yang lain? Cowok yang jadi sumber cerita lo. Siapa aja coba? Gue aja
sampe nggak inget! Hadi, Rizky, Ari, Awan, Bintang, nggak sekalian bulan sama
matahari aja?”
“Sialan lo, Yas!” aku tertawa kecut, “Iya, mereka emang
singgah di hati gue, tapi Radit ini nggak terhapus, Yas.”
“Radit udah terhapus,” potong Tyas dengan cepat sebelum
penjelasanku selesai, “Lo cuma nggak terima karena dia pergi gitu aja ketika lo
merasa hubungan kalian sebenernya bisa lebih dari sekadar kekasih 18 jam.”
“Menurut gue nggak gitu, Yas.”
Helaan napas Tyas terdengar berat dari telepon, “Yaudah, lo
tidur, deh, besok bakalan jadi hari yang sangat panjang. Gue nggak mau lo
kecapekan.”
Kami sama-sama memutuskan sambungan telepon. Kulihat satu
pemberitahuan masuk. Iya, Radit.
“Sorry, gue baru
sampe rumah dan hari ini menggila banget. Btw,
gue kangen sama lo.”
“Hai, Dit. Gue juga kangen sama lo.” aku mengetik malu-malu,
“Udah mau tidur?”
Radit offline.
BERSAMBUNG ke Apakah kita akan bertemu lagi? (END)
lanjut lagi kaaĆ aaak
ReplyDeleteYah.. Lanjut dong ka, bikin pnasaran aja..heran :(
ReplyDeletekereeeennnnn !!!!!
ReplyDeleteAaahhh penasaran!!!
ReplyDeleteHmmmm siapaaaa diiiittt ???
ReplyDeletebikin penasaran terus nih ceritanya
ReplyDeletepenasaraaan binggo
ReplyDeleteNext :'D
ReplyDeletegatau kenapa akunya suka sama tyas :")
ReplyDeleteYah jangan bersambung kayak sinetron ka :(
ReplyDeleteYah jangan bersambung kayak sinetron ka :(
ReplyDeleteYah jangan bersambung kayak sinetron ka :(
ReplyDeleteJangan lama lama lah ka bersambungnya bikin greget :(
ReplyDeletemakin penasaran
ReplyDeletelanjutin lagi kak.. penasaran bngett
ReplyDeletekak :) dinovelin aja juga boleh, daripada bikin penasaran gini ;;)
ReplyDeletedi tunggu yang selanjutnya kak :)
ReplyDeleteEntah kenapa berasa ke bawa alur nyatanya, ceritanya bener" hidup.
ReplyDeleteLanjut kak
ReplyDeleteLajutin donk
ReplyDeleteYaah kok bersambung lajut donk
ReplyDelete