14 February 2015

Apakah kita akan bertemu lagi? (6)

Lanjutkan petualanganmu, menjawab pertanyaan apakah selama ini yang kamu rasakan #SamaDenganCinta ? Sebelumnya baca: Apakah kita akan bertemu lagi? (5)

6 Januari 2015, malam hari
Hingga selarut ini, aku belum tidur. Seusai menyelesaikan materi untuk workshop esok hari, aku juga menyelesaikan beberapa deadline novel yang harus aku selesaikan sebelum akhir Januari. Sambil mendengar Taylor Swift melantunkan lagu Everything Has Changed, aku jadi menghitung segalanya yang telah berubah. Ah, aku merasakan perubahan yang terjadi sebenarnya, aku jadi sering mengharapkan Radit kembali lagi. Ya, aku memang telah menunggunya selama bertahun-tahun, namun entah mengapa kali ini aku sangat tidak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya? Perasaan ini namanya apa? Apakah ini sama dengan cinta?
         Walaupun ada banyak hal yang harus aku kerjakan, entah mengapa beberapa kali aku pun tak lupa untuk melirik ponselku. Aku sangat menunggu kabar dari Radit karena sejak percakapan kami terakhir tadi pagi, dia tidak menyapaku lagi. Merasa cukup dengan satu bab yang telah selesai, aku mematikan laptop dan berkeinginan untuk kembali memeriksa barang di koperku.
         Langkahku pelan ke arah koper yang telah berisi banyak keperluan selama di Jogjakarta beberapa hari ke depan. Aku kembali membuka koper itu untuk memeriksa barang-barang yang tak boleh tertinggal. Setelah merasa segalanya cukup rapi, aku kembali menutup koper itu dan merapikan laptopku di meja kerja.
         Ponselku berdering, aku segera meraih sumber suara, kemudian menerima panggilan tersebut.
         “Heh, belum tidur lo?” sapa suara di panggilan teleponku.
         “Baru selesai ngerjain deadline terus periksa koper.” jawabku enteng.
         “Kenapa suara lo? Lesu amat?” seloroh Tyas dengan suara lantang, bahkan suaranya masih terdengar semangat seperti speaker dangdutan di tengah malam seperti ini.
         “Kepikiran Radit, Yas.” aku mengaku dengan lesu, “Dia nggak ngabarin gue seharian.”
         “Jangan kayak anak umur belasan tahun yang baru jatuh cinta, deh, yang ditinggal dikit sama pujaan hati langsung kecut dan asem gitu mukanya. Kayak nggak ada hari esok aja.”
         “Nahan kangennya itu yang susah, Yas.”
         “Lebay lo, ah! Kangen yang kayak gimana? Jangan buru-buru bilang bahwa perasaan lo itu cinta, deh, atau kangen, atau apapun yang ada hubungannya sama perasaan. Bisa aja cuma pelampiasan, bisa aja cuma rasa penasaran, bisa aja cuma lo pengin tahu apa yang sebenernya terjadi ketika Radit nggak ngasih kontak nomornya ke lo. Plis, deh, Dwit. Hidup harus tetap berjalan.”
         “Tapi, gue nunggu dia, Yas.” aku menghela napas, “Tiga tahun nggak sebentar.”
         Tyas tertawa menyindir, “Dalam rentan waktu itu lo juga deket sama yang lain? Cowok yang jadi sumber cerita lo. Siapa aja coba? Gue aja sampe nggak inget! Hadi, Rizky, Ari, Awan, Bintang, nggak sekalian bulan sama matahari aja?”
         “Sialan lo, Yas!” aku tertawa kecut, “Iya, mereka emang singgah di hati gue, tapi Radit ini nggak terhapus, Yas.”
         “Radit udah terhapus,” potong Tyas dengan cepat sebelum penjelasanku selesai, “Lo cuma nggak terima karena dia pergi gitu aja ketika lo merasa hubungan kalian sebenernya bisa lebih dari sekadar kekasih 18 jam.”
         “Menurut gue nggak gitu, Yas.”
         Helaan napas Tyas terdengar berat dari telepon, “Yaudah, lo tidur, deh, besok bakalan jadi hari yang sangat panjang. Gue nggak mau lo kecapekan.”
         Kami sama-sama memutuskan sambungan telepon. Kulihat satu pemberitahuan masuk. Iya, Radit.
         Sorry, gue baru sampe rumah dan hari ini menggila banget. Btw, gue kangen sama lo.”
         “Hai, Dit. Gue juga kangen sama lo.” aku mengetik malu-malu, “Udah mau tidur?”
         Radit offline.

21 comments:

  1. Yah.. Lanjut dong ka, bikin pnasaran aja..heran :(

    ReplyDelete
  2. gatau kenapa akunya suka sama tyas :")

    ReplyDelete
  3. Yah jangan bersambung kayak sinetron ka :(

    ReplyDelete
  4. Yah jangan bersambung kayak sinetron ka :(

    ReplyDelete
  5. Yah jangan bersambung kayak sinetron ka :(

    ReplyDelete
  6. Jangan lama lama lah ka bersambungnya bikin greget :(

    ReplyDelete
  7. lanjutin lagi kak.. penasaran bngett

    ReplyDelete
  8. kak :) dinovelin aja juga boleh, daripada bikin penasaran gini ;;)

    ReplyDelete
  9. di tunggu yang selanjutnya kak :)

    ReplyDelete
  10. Entah kenapa berasa ke bawa alur nyatanya, ceritanya bener" hidup.

    ReplyDelete
  11. Yaah kok bersambung lajut donk

    ReplyDelete