29 April 2015

Empat Hari Tanpamu

#SerialTanpamu

Baca Sebelumnya: Tiga Hari Tanpamu

Hari keempat tanpamu masih menyisakan pedih di dadaku. Hari-hariku masih terasa kosong tanpamu. Ponselku tak lagi asik kulihat karena tak ada pesan singkat darimu, tidak ada panggilan telepon darimu, dan tidak ada sapaan-sapaan hangat darimu. Kupaksa diriku untuk terbiasa menjalani hari tanpamu, karena hidupku harus tetap berjalan, karena aku tetap harus membahagiakan orangtuaku dengan prestasiku di kampus, karena aku harus tetap menulis untuk para sahabat pembacaku. Hidup memang tetap harus berjalan meskipun berkali-kali aku masih sering mengingatmu. 

Pagi tadi, aku mengawali hari, mencoba membiasakan diri agar tidak mengecek ponsel seusai bangun tidur. Aku tersenyum memandang langit-langit seakan membalas senyum Tuhan yang memberiku napas kehidupan. Aku berterima kasih karena hari-hariku masih menyenangkan untuk dijalani, meskipun tanpamu, rasanya memang semua berbeda. Mungkin, memang salahku yang beberapa saat melupakan Dia ketika sibuk denganmu. Mungkin, aku terlalu sibuk menghitung air mataku tanpa menghitung berapa peluk yang sebenarnya telah Dia berikan padaku. Jemari lembutNya tentu mengulur dari surga, sayangnya aku terlalu tolol untuk memahami kasih tak berbatas itu.

Siang tadi, aku melewati jalan yang dulu sering kita lewati. Sesak di dadaku masih sama, aku masih membayangkan duduk di sepeda motormu, memelukmu, tertawa bersamamu, dan kita sama-sama menyanyikan lagu Taylor Swift seperti orang kesetanan. Kamu teman paling menyenangkan untuk melakukan banyak tindakan "kriminal". Kriminal maksudku adalah perbuatan-perbuatan bodoh yang selalu berhasil membuat aku dan kamu tertawa. Ingatkah kamu saat kamu menggoda seorang pria dengan membunyikan suara knalpot sepeda motormu hingga pria itu hampir jatuh dari sepeda motornya? Kita tertawa seperti bocah kecil yang selalu bahagia, lalu dengan dialek Melayu Bengkulu yang keluar dari bibirmu, kamu meneriaki pria itu. Lalu, saat kita makan sate di bilangan Margonda, Depok. Kencan pertama kita dihiasi dengan seorang banci yang menyanyikan lagu All About That Bass yang dinyanyikan Meghan Trainor, kamu bernyanyi seperti anak kecil sambil berjoged dengan banci tersebut, tanpa merasa ketakutan. Setiap mendengar lagu itu lagi, lagu yang sebenarnya berirama menghentak, entah mengapa di dadaku terasa begitu sesak.

Sore tadi, selesai kelas, aku tak langsung meninggalkan kampus kuning. Beberapa puluh menit aku menatap trotoar tempat biasa kamu menungguku, aku berharap kamu ada di situ; membawa dua helm dan siap mengantarku pulang. Namun, nyatanya semua sia-sia, kamu tidak akan datang, dan harapan itu untuk saat-saat ini adalah harapan yang terlalu tinggi. Entah mengapa kamu yang dulu sangat mudah aku temui, sekarang begitu sulit untuk aku pandangi. Sosokmu tak bisa lagi kucari, kamu pergi begitu saja, menghilang, seperti ditelan bumi. Aku memutuskan untuk berhenti berharap kamu akan datang, aku berjalan menuju Danau UI, dan melangkah ke kampusmu di dekat Stasiun Pondok Cina. Lama sekali aku berdiam di sana, dengan pikiran kosong, dan kembali aku berhenti memutuskan untuk mengingatmu agar aku tidak menyiksa diriku sendiri.

Ada banyak kenangan yang tidak bisa aku lupakan. Kamu telah menjadi bagian diriku dan sangat munafik jika aku mengaku tidak kehilangan kamu. Kamu humoris, menyenangkan, meneduhkan, dan hal sederhana itu selalu berhasil membuatku jatuh cinta berkali-kali. Pelukmu dan rangkulanmu adalah tempat paling sederhana yang selalu ingin aku kunjungi, sayangnya aku tak diizinkan lagi masuk ke dalam duniamu. Sekarang, kita adalah dua orang yang berjauhan, yang berakting seakan tak saling kenal, dan menjalani hari seakan dulu kita tak punya perasaan apapun. Bukankah berpura-pura seakan semua tak pernah terjadi adalah hal yang paling menyakitkan untuk dilewati?

Aku rindu kamu dan selalu ingin tahu kabarmu, tapi aku berusaha melawan perasaan itu, agar aku bisa cepat melupakanmu, kemudian menjalani hari-hariku senormal mungkin. Tiga bulan lamanya, kita pernah bersama, mungkin di mata banyak orang terlalu sebentar, namun hanya aku dan kamu yang tahu bagaimana kita punya kedekatan emosional yang tak pernah orang lain pahami. Aku berterima kasih padamu untuk tiga bulan yang ajaib bagiku. Kamu mengajakku makan sate, kamu mengantarkanku sampai depan rumah meskipun aku tahu naik sepeda motor kopling itu pegalnya bukan main, kamu pernah ada di depan rumah hanya untuk menunjukan ketampananmu saat memakai kemeja, kamu pernah tiba-tiba ada di depan pagar rumah dan berkata betapa kamu sangat mencintaiku, kamu memberiku coklat di hari Valentine, kamu memperkenalkanku pada budaya Melayu Bengkulu, kamu memperkenalkanku dengan anime Jepang kesukaanmu, kamu mengenalkanku dengan band Jepang favoritmu, kamu menemaniku menulis meskipun aku tak memperhatikanmu ketika aku sibuk dengan laptopku, kamu pinjamkan bahumu saat aku menangis, kamu membuatku tertawa tanpa sebab, dan kamu membuatku percaya bahwa cinta sejati itu selalu ada.

Aku tak tahu apakah semua yang kamu rasakan benar cinta atau hanya iseng belaka. Yang jelas, kamu berhasil membuatku jatuh cinta, dan berhasil membuatku menangis seharian ketika kamu mengakhiri hubungan ini tanpa penjelasan. Kalau pun kamu tak ingin menemuiku lagi, kalau pun kita tak akan pernah seperti dulu lagi, aku hanya punya satu permintaan. Tolonglah tetap membawa namaku dalam salat lima waktumu sesering ketika aku selalu menyebut namamu seusai membaca Alkitabku.

Oh, ya, beberapa hari ini aku menghabiskan waktu di Bali. Hitung-hitung, obat patah hati. Kamu tahu apa janjimu dulu? Kita akan ke Bali berdua, tapi nyatanya aku ke Bali sendiri, itu pun agar aku bisa melupakan pedihnya ditinggalkan olehmu. Kalau kamu jadi merasa tak enak, tepati saja janjimu yang paling sederhana. Mengajakku ke Dunia Fantasi, Jakarta, mudah bukan?



Dari Sagittariusmu,
yang mudah menangis.


15 comments:

  1. Mbak Dwitasari, apa cerita ini nyata ceritanya mbak dwi?

    ReplyDelete
  2. ka, cerita kita inti nya sama ka :') sedih banget yaa jadi kita :')

    ReplyDelete
  3. pasti kangen banget yah mba 4 hari ga bisa ketemu :D

    ReplyDelete
  4. maaf mbak dwitasari,

    saya tumben mampir blog ini, jadi menulis di buku tamu
    pertanyaan saya mungkin sama dengan yang diatas

    ini cerita nyata ya?

    ReplyDelete
  5. Karakter cowonya sama banget, sama banget kaya dia, sama sama suka band dan anime jepang, sama sama konyol
    Dan ia juga mengenalkan anime dan band jepang favoritnya.
    Dan dia sekarang juga berubah, berkali kali logika ini memohon untuk meninggalkannya, namun hatiku memaksa untuk mendekapnya.

    Akankah aku menulis hal yang sama ketika ia meninggalkanku....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
      Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia 😄

      Delete
    2. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
      Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia ��

      Delete
    3. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
      Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia ��

      Delete
  6. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
    Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia 😄

    ReplyDelete
  7. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
    Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia 😄

    ReplyDelete
  8. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
    Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia ��

    ReplyDelete
  9. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
    Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia ��

    ReplyDelete
  10. Numpang jawab pertanyaan diatas ya. Hhe
    Kalo ga salah, ini beneran kisah nyatanya ka dwitasari. Soalnya dulu pas ka dwita ngadain workshop di bengkulu, ka dwita prnah cerita dia punya mantan org bengkulu. Jd sekilas aku tau pas ikut workshopnya dia hhe

    ReplyDelete